Friday, March 13, 2020

Manajemen Reproduksi Biar Sapi Beranak Rutin Setiap Tahun

Tips Agar Calving Interval Pendek Sehingga Sapi Bisa Beranak Setiap Tahun Adalah Dengan Mengetahui dan Mempelajari Ilmu Dasar Tentang Reproduksi Sapi Betina Terutama Masalah Birahi dan Kebuntingan Serta Metode Perkawinan Sapi (Kawin Alam dan IB)

Pentingnya deteksi birahi yg sayarat sangat mendukung keberhasilan kegiatan perkawinan sapi melalui inseminasi buatan (IB). Tidak tepatnya mendeteksi birahi, sehingga menjadi kegagalan dalam perkawinan , oleh lantaran itu kegiatan deteksi birahi mesti selalu dievaluasi setips menyeluruh. Bicukup lamana ketika deteksi birahi salah dan keliru, birahi yg terjadi akan kecil kemungkinan bis,a terobservasi dan lebih banyak sapi betina diinseminasi buatan (IB) menurut tanda bukan birahi, hal ini bis,a menjadikan waktu perkawinan tidak sayarat sehingga menimbulkan kegagalan pembuahan.

Mempercepat birahi ataupun menyeragamkan birahi pada ternak sapi betina memang dimaksudkan untuk menghemat biaya dan waktu pada kegiatan inseminasi buatan. Coba baygkan saja jikalau ada sapi 100 ekor betina yg akan di IB sementara birahi antara sapi satu dengan yg lainnya berlainan dan berjauhan waktunya, butuh berapa hari untuk melsayakan IB sebanyak 100 ekor betina calon indukan tersebut. Inilah pentingan mempercepat dan menyeragamkan birahi. Hormon yg dipakai untuk mempercepat birahi yaitu PGF2-alpha. Hormon ini bis,a dipakai setips IM dan IU (intra muscular dan Intra Uterine). Intra muscular berarti disuntikkan ke dalam daging dan Intra uterine berarti dimasukkan kedalam uterus sapi. Perlu dicatat bahwa mempercepat birahi sapi betina dengan menggunakan hormon mempunyai plus minus. Ada laba yg bis,a didapatkan tetapi juga ada kerugian atau kelemahan dari sistem ini.
Kegagalan kebuntingan pada sapi betina calon indukan juga dipengaruhi oleh faktor pengelolaan pakan ternak yg tidak baik, contohnya pakan yg diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ternak (status fisiologisnya). Cara Inseminasi Buatan atau kawin suntuk yg tidak tepat, misalnya; kesalahan dalam memperlsayakan sperma belu (semen), khususnya perlsayaan pada semen beku yg kurang benar, tips penyimpanan dan thawing yg kurang baik akan menjadikan kegagalan IB.

Kawin berulang bis,a juga diakibatkan lantaran sapi betina yg mengalami gangguan reproduksi, contohnya; Endometritis, Cervicitis, Brucellosis, Vaginitis dsb. Faktor pengolalaan lain ibarat pengolaan pemeliharaan dan perkawinan yg kurang tepat.

Faktor Pendukung Keberhasilan Calving Interval Pendek
  • Pakan yg cukup (jumlah dan kebutuhan gizi atau nutisinya terpenuhi)
  • Pemberian pakan sapi dara yaitu kebutuhan pakan materi kering (BK) ransum 3% dari bobot badan, Protein Kasar (PK) 12% dan kecernaan atau Total Digestible Nutrient (TDN) 60% ;
  • Pakan sapi bunting yaitu kebutuhan pakan BK ransum 73% dari bobot badan, PK ≥ 8%, TDN 75,8%, serat berangasan (SK) ≤ 20% dan Abu ≤ 10%;
  • Pakan sapi menyusui jumlahnya sama dengan sapi bunting namun terdapat perbedaan komposisi yaitu PK > 10%, TDN 75,9%, SK < 17% dan Abu < 10%
  • Sapi Betina dalam keadaan sehat (tidak ada gangguan pada reproduksinya)
  • Sapinya Aktif, sadar dan tanggap terhadap perubahan keadaan di sekitarnya.
  • Kondisi tubuhnya seimbang, tidak sempoyongan atau pincang, langkah kaki mantap dan teratur.
  • Matanya bersinar, sudut mata higienis dan tidak kotor.
  • Kulit berbulu halus mengkilap, tidak kusam dan pertumbuhannya rata.
  • Siklus reproduksinya normal (pada sapi lebih kurang sekitar 20 hari).
  • Jika Cara perkawinan menggunakan tekni kawin suntik/ IB (Inseminasi Buatan) maka waktu mengawinkannya harus tepat.
NO Waktu Birahu Pertama Terlihat Waktu Kawin Tepat Waktu Kawin Terlambat
1 Pagi Hari Malam hari pada hari yg sama Pagi hari berikutnya
2 Malam Hari Pagi ari pada hari berikutnya Setalah Jam 15.00Wib pada hari berikutnya
Tabel Persentase Waktu Kejadian Birahi Pada Sapi Induk
NO Waktu Birahi Persentase Gejala Birahi (%)
1 06.00 — 12.00 22
2 12.00 – 18.00 10
3 18.00 – 24.00 25
4 24.00 – 06.00 43

Jika Cara perkawinannya alami atau dengan menggunakan pejantan unggul maka yg mesti diperhatikan yaitu pengolan perkawinan sbb:
  • Pengolaan perkawinan tips sangkar individu dengan proses tahapan sbb:
  • Kandang individu di peternak rakyat, umumnya berupa ruangan besar yg diisi lebih dari satu sapi, tanpa adanya penyekat namu tiap sapi diikat satu persatu.
  • Pengamatan birahi bis,a dilsayakan tiap hari oleh peternak pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat tanda-tanda birahi setips langsung.
  • Sesudah 12 jam terlihat tanda-tanda birahi, Selanjutnya dikawinkan dengan pejantan minimal 2 kali ejsayalasi. Sesudah 21 hari (hari ke 18-23) dari perkawinan, dilsayakan pengamatan birahi lagi dan jikalau tidak ada tanda-tanda birahi hingga dua siklus (40 hari) berikutnya, kemungkinan sapi induk tersebut berhasil bunting. Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 (enam puluh) hari dilsayakan investigasi kebuntingan (PKB).
Birahi pada sapi normalnya antara 19 – 25 hari sekali, dan estrus pertama dara terjadi antara umur 1,5 tahun – umur 2 tahun. banyak peternak sapi ingin memperoleh anak sapi secepatnya sehingga sering menanyakan pada petugas penyuluh peternakan tips untuk mempercepat birahi. Ada satu metode untuk mempercepat estrus yakni dengan terapi hormon. Pemberian hormon mempunyai kelebihan dan banyak juga kekurangannya, adapun hormon yg dipakai untuk mempercepat birahi yaitu PGF2-alpha. Hormone ini sering dipakai pada peternakan besar untuk menyerentakkna estrus pada semua sapi induk. Merek hormon pgf2-alpha ini juga cukup banyak ada yg harus dipakai setips IM (intra muscular dan ada juga yg harus dipakai setips Intra Uterine). Intra muscular berarti disuntikkan ke dalam daging dan Intra uterine berarti dimasukkan kedalam uterus sapi.


Terapi hormon mempercepat birahi sapi Cara penggunaan hormone sebaiknya serahkan sepenuhnya kepada dokter binatang di daerah anda atau petugas kesehatan hewan. Adapun kelebihan menggunakan hormon antara lain:
1. bermanfaat untuk peternakan sapi yg memelihara induk sapi dalam jumlah banyak, dimana dengan menggunakan hormon ini birahi bis,a diatur semoga terjadi estrus setips serentak sehingga akan menghemat biaya inseminasi buatan.
2. jikalau dipakai setips sempurna sanggup mengobati kecacatan estrus (konsultasikan dengan dokter hewan).

Kekurangan terapi hormon 1. Tingkat keberhasilan Inseminasi pada sapi yg dipercepat dengan menggunakan hormon pgf2 –alpha lebih rendah daripada tingkat keberhasilan inseminasi setips normal.
2. Pengunaan setips terus menerus sanggup mengacaukan siklus birahi
3. Penggunaan pada takaran yg tidak sempurna sanggup menyebakan kemajiran betina.
4. Harga hormon cukup mahal sehingga hanya cocok untuk peternakan skala besar.

Adakah tips alami untuk mempercepat birahi pada ternak sapi? Maka jawabannya tidak ada, alasannya yaitu estrus itu sendiri merupakan siklus alamiah. Namun jikalau anda mempunyai hambatan lantaran tidak terlihat setips terang (birahi semu) maka ada tips alami untuk meningkatkan tanda tanda-tanda yakni dengan tips memberi nenas atau papaya.

Birahi semu betina sapi sanggup terjadi lantaran :

1. Sapi betina terlalu gemuk, sapi gemuk umumnya mempunyai nafsu makan yg sangat tinggi sehingga ketika birahi sekalipun nafsu makan mereka terlihat tetap tinggi.
2. Kurang betakaroten, betakaroten ini sangat mempunyai kegunaan dalam memproduksi hormon FSH (folikel stimulating hormone) setips alami. Biala ternak kekurangan gizi atau standar pakan yg tidak sempurna sanggup menjadikan birahi semu pada sapi betina. Selalu perhatikan standar pakan sapi yg sempurna yakni: hijauan makanan ternak 10% dari berat bdan sapi / hari, 1 % dari berat tubuh leguminoseae (rumput kacang-kacangan), dan konsentrat 1% dari berat badan. Adapun tumbuhan sumber betakaroten diantaranya wortel, labu dan lain-lain.

Beberapa Keuntungan Penyeragaman Birahi Sapi Betina dengan Hormon:
  • Untuk IB sapi dalam jumlah besar, sinkronisasi birahi dengan hormon ini memang bermanfaat untuk peternakan sapi yg memelihara induk sapi dalam jumlah banyak, dimana dengan menggunakan hormon ini birahi bis,a diatur semoga terjadi estrus setips serentak sehingga akan menghemat biaya inseminasi buatan.
  • Dapat mengatasi dan mengobati kecacatan estrus (konsultasikan dengan dokter hewan).
Kelemahan dan Kekurangan Terapi Hormon:
  • Keberhasilan lebih rendah. Tingkat keberhasilan Inseminasi pada sapi yg dipercepat dengan menggunakan hormon pgf2 –alpha lebih rendah daripada tingkat keberhasilan inseminasi setips normal.
  • Tidak Boleh dipakai terus menerus. Pengunaan setips terus menerus sanggup mengacaukan siklus birahi
  • Bisa Mengakibatkan Kemandulan sapi Betina. Penggunaan pada takaran yg tidak sempurna sanggup menyebakan kemajiran betina.
  • Bisa Tidak Ekonomis. Harga hormon cukup mahal sehingga hanya cocok untuk peternakan skala besar.
Sapi Betina Indukan

Birahi Semu Pada Sapi Betina

Birahi semua atau silent heat bis,a terjadi jikalau kondisi sapi betina terlalu gemuk, sapi gemuk umumnya mempunyai nafsu makan yg sangat tinggi sehingga ketika birahi sekalipun nafsu makan mereka terlihat tetap tinggi.

Sapi Kekurang betakaroten, betakaroten ini sangat mempunyai kegunaan dalam memproduksi hormon FSH (folikel stimulating hormone) setips alami. Biala ternak kekurangan gizi atau standar pakan yg tidak sempurna sanggup menjadikan birahi semu pada sapi betina.

Siklus Birahi Normal Pada Sapi Betina

Siklus Birahi pada sapi normalnya antara 19 – 25 hari sekali, dan estrus pertama dara terjadi antara umur 1,5 tahun – umur 2 tahun.

Pengolaan perkawinan model sangkar kelompok dengan proses tahapan sbb:

Skema Pengolaan Perkawinan sangkar kelompok

Sapi dara siap kawin dan sapi induk yg sudah 40(empat puluh) hari setelah melahirkan (post partus) atau dua siklus birahi diletakkan pada sangkar kelompok dan dicampur dengan pejantan terpilih dengan kapasitas sapi sebanyak 10-30 ekor betina (induk atau dara) dan dikumpulkan menjadi satu dengan satu ekor pejantan dalam waktu 24 jam secukup usang 3 (tiga) bulan.

Sesudah 3 (tiga) bulan dikumpulkan dengan pejantan dilsayakan investigasi kebuntingan (PKB); Sapi induk yg positif bunting dipisah dari kelompok tersebut dan diganti dengan sapi yg belum bunting atau hasil investigasi kebuntingan dinyatakan negatif.

Kalender Perkawinan

Pengaturan perkawinan pada sapi potong induk diharapkan mengikuti suatu model atau tips yg dikenal dengan kalender perkawinan dan kegiatan pemberian pakan (surge feeding) sebelum dan setelah beranak. Tujuan kalender ini untukmempercepat birahi kembali setelah beranak untuk segera dikawinkan dan memudahkan terjadinya kebuntingan berikutnya.

Formula 1 yaitu: Hijauan (rumput/jerami jagung atau padi tidak terbatas/ ad libitum, legum atau kacang – kacangan (daun lamtoro/gamal/turi/kaliandra) dan Konsentrat > 1 % Berat Badan berdasar materi kering.

Formula 2 yaitu hijauan (rumput/jerami padi/jagung tidak terbatas/ ad libitum), legum atau kacang kacangan (daun lamtoro/gamal/turi/kaliandra) < 1 % Berat Badan berdasar materi kering. melalui pengolaan pakan dan perkawinan ibarat di atas diharapkan jarak beranak dan waktu kosong akan lebih pendek, perkawinan per kelahirannya akan diperkecil sehingga induk sapi sanggup beranak satu ekor tiap tahun.

Secukup lamatkan Sapi Betina Produktif

Oleh: Prof. Dr. Kusuma Diwyanto

Sejak dua dekade terakhir ini, Indonesia mengimpor daging dan sapi bakalan dalam jumlah yg cukup besar. Diperkirakan impor sudah mencapai lebih dari 30 persen dari total kebutuhan daging nasional. Ada tiga kemungkinan, mengapa Indonesia harus mengimpor, padahal pada kurun tahun 1970-an atau sebelumnya Indonesia justru merupakan eksportir sapi. Pertama, seruan daging meningkat cukup besar dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan laju pertambahan produksi. Kedua, seruan di dalam negeri meningkat tetapi produksi di dalam negeri tetap. Ketiga, seruan terus meningkat seirama dengan perkembangan ekonomi, namun produksi daging di dalam negeri cenderung berkurang.

Dari ketiga kemungkinan tersebut hanya ada satu tanggapan bila Indonesia ingin mewujudkan swasembada daging sapi, yaitu meningkatkan populasi dan produktivitas sapi yg dibarengi dengan peningkatan bobot tubuh dari tiap ekor sapi yg akan dipotong. Peningkatan populasi sanggup dilsayakan bila jumlah sapi betina produktif semakin banyak. Ironisnya, dalam beberapa tahun terakhir ini diduga populasi sapi betina produktif tidak bertambah dan justru dikhawatirkan semakin berkurang akhir pemotongan yg terjadi di beberapa wilayah sumber ternak.

Di salah satu RPH resmi dijumpai bahwa 95 persen sapi yg dipotong tiap harinya yaitu betina, sebagian besar yaitu betina muda, dan di antaranya yaitu sapi betina dalam kondisi bunting. Setips nasional, diperkirakan sekitar 150-200 ribu ekor sapi betina produktif dipotong tiap tahunnya. Jumlah ini sangat besar dan patut diduga akan mengganggu populasi dan produksi daging yg berasal dari sapi lokal.

Pemotongan sapi betina produktif semenjak jaman Hindia Belanda sudah dilarang. Pelarangan tersebut juga diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 ihwal Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Namun larangan tersebut tidak dikenai sanksi, sehingga implementasinya di lapang tidak efektif. Selanjutnya, setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 ihwal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 4 Juni 2009, bangsa Indonesia mempunyai landasan aturan yg lebih berpengaruh untuk mencegah pemotongan sapi betina produktif. Orang yg melanggar larangan ini diancam Sanksi Administratif berupa denda sedikitnya Rp. 5 juta, dan Ketentuan Pidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan (Pasal 85 dan Pasal 86). Akan tetapi kenyataan di lapang menunjukkan bahwa pemotongan sapi betina produktif masih banyak terjadi, dan sulit dikendalikan.

Mengapa dipotong

Pemotongan sapi betina produktif dilsayakan lantaran ada banyak sekali penyebab dan alasan. Jagal, sebagai satu-satunya pelsaya pemotongan sapi betina produktif, mempunyai alasan utama yaitu mencari laba jangka pendek sebesar-besarnya. Di samping itu jagal juga mempunyai banyak pertimbangan mengapa melsayakan pemotongan sapi betina produktif, yaitu: (i) sulit mencari sapi kecil untuk dipotong, (ii) di lokasi setempatsemua sapi jantan sudah diantar pulaukan atau dibawa ke kota besar, (iii) harga sapi betina lebih murah dibanding sapi jantan dengan ukuran yg sama, (iv) pengawasan dari petugas sangat lemah, (v) tidak ada kesadaran untuk menyecukup lamatkan populasi dan jagal tidak paham bila hal tersebut melanggar undang-undang, dan (vi) peternak akan menjual apa saja termasuk sapi betina produktif bila memerlukan uang cash.

Alasan utama dari jagal yaitu mencari keuntungan. Artinya, bila pemotongan sapi betina tidak memberi laba finansial setips nyata, jagal setips sukarela tidak akan pernah memotongnya. Oleh lantaran itu, semua upaya dan kebijakan untuk menyecukup lamatkan sapi betina produktif dari pisau jagal yaitu mem.buat kondisi semoga harga sapi betina produktif menjadi sama atau sedikit lebih mahal dibandingkan sapi jantan. Persentase karkas dan kualitas daging sapi betina biasanya lebih rendah dibanding sapi jantan. Namun lantaran harganya lebih murah, jagal tetap memperoleh laba yg layak. Biasanya pemotongan sapi betina banyak dilsayakan oleh jagal yg skala usahanya kecil, dan dilsayakan di TPH ‘resmi” atau liar. Namun, tidak jarang sanggup dijumpai pemotongan yg dilsayakan di RPH resmi. Bila ada pengawasan yg ketat di RPH, biasanya sapi dibentuk cidera terlebih dahulu, contohnya dengan mem.buat pincang atau buta.

Perlu Kebijakan

Pelarangan pemotongan sapi betina produktif sudah sangat terang dan tegas, namun sebagian besar pengemban kepentingan belum sepenuhnya memahami dan mematuhi ketentuan ini. Larangan ini justru mem.buat harga sapi betina produktif murah ketika peternak yg memerlukan uang menjual sapinya. Selisih harga antara jantan dan betinadi NTT misalnya, sanggup mencapai Rp. 500.000 – 1.000.000/ekor. Ketentuan pelarangantersebut yg dibarengi dengan pembatasan pengeluaran ternak betina ternyata justru lebih menekan harga sapi. Sementara itu hampir semua sapi jantan dikuasai pedagang antar pulau, sehingga jagal tidak mempunyai pilihan yg lebih baik, selain memotong sapi betina produktif. Kejadian yg sudah berjalan sangat cukup usang ini akibatnya sudahdianggap sebagai hal yg lumrah.

Kebijakan penyecukup lamatan sapi betina produktif harus dimulai dari hulunya, yaitu pada tingkat peternak. Pada ketika memerlukan uang cash, peternak akan menjual apa saja yg dimilikinya, termasuk sapi. Oleh lantaran itu pengembangan ternak lain ibarat domba, kambing, babi atau unggas sangatlah perlu untuk cadangan bila peternak memerlukan uang cash dalam jumlah yg kecil. Selain itu, pengembangan koperasi simpan pinjam atau forum keuangan mikro di tingkat pedesaan sangat diharapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang cash dalam jumlah yg cukupbesar, sekaligus untuk mencegah penjualan sapi betina produktif.

Pemotongan sapi betina produktif di beberapa wilayah sumber bibit ibarat di Kupang-NTT, dianggap sebagai suatu hal yg biasa. Menteri Pertanian dan Perwakilan Komisi IV DPR-RI setips eksklusif sudah menyaksikan bencana ini. Di lain pihak, pengeluaran sapi betina produktif tidak boleh untuk mencegah terjadinya pengurasan. Seandainya sapi-sapi betina yg ketika ini dipotong di RPH diperbolehkan untuk diantar pulaukan, maka sanggup diperkirakan harga sapi betina produktif akan meningkat dan jagal tidak akan memotongnya. Perubahan kebijakan ini tentunya harus dibarengi dengan penyediaan sapi jantan bagi jagal lokal, dan pengaturan kuota pengeluaran sapi jantan maupun sapi betina dengan lebih cermat. Untuk menghambat pemotongan sapi di tempat ini juga diharapkan tunjangan kebijakan dan kegiatan lain untuk pengembangan ternak selain sapi, sebagai substitusi untuk memenuhi kebutuhandaging masyarakat setempat.

Lemahnya pengawasan oleh petugas dan inkonsistensinya dalam penegakkan peraturan merupakan salah satu penyebab tingginya bencana pemotongan sapi betina produktif di Indonesia. Selain itu kebijakan untuk meningkatkan PAD dari tiap RPH juga menjadi alasan petugas untuk melsayakan pembiaran pemotongan sapi betina produktif. Oleh lantaran itu kebijakan dalam penetapan retribusi untuk pemotongan ternak di tiap RPH sanggup dimanfaatkan sebagai instrumen dalam pengendalian pemotongan sapi betina produktif.

Pemotongan sapi betina produktif sanggup dihambat bila kesadaran seluruh pemangku kepentingan mulai dari peternak, pedagang, jagal, konsumen hingga pada petugas sanggup ditingkatkan. Instrumen berupa undang-undang sudah ada, namun ternyata hingga ketika ini masih sulit diimplementasikan. Oleh lantaran itu perlu ada upaya pemanis yaitu dengan melsayakan pendekatan setips etika, budaya dan agama. Sosialisasi ihwal hal ini mungkin sanggup dilsayakan dengan melibatkan tokoh masyarakat, pemuka agama, ilmuwan dan politisi melalui pendekatan sosial budaya, bukan hanya melalui pendekatan teknis, ekonomi dan hukum.

Untuk mencegah pemotongan sapi betina produktif dengan demikian harus dilsayakan dengan banyak sekali pendekatan baik yg bersifat teknis hemat maupun sosial budaya. Kebijakan yg sudah ada harus diimplementasikan dengan baik, dan untuk tiap wilayah perlu dilsayakan pembiasaan dengan kondisi yg ada. Untuk wilayah gudang ternak diharapkan kebijakan untuk mengeluarkan sapi betina produktif setips terkendali (terbatas), sementara untuk wilayah kosong ternak harus ada kebijakan untuk pengadaan sapi lokal untuk dikembangbiakkan yg berasal dari wilayah padat ternak. Untuk merealisir kebijakan ini diharapkan tunjangan dana dan kelembagaan yg memadai, dan dibarengi dengan pengawalan dan pengawasan yg ketat.

Source: 
  • Secukup lamatkan Sapi Betina Produktif, Oleh: Prof. Dr. Kusuma Diwyanto, Puslitbang Peternakan.
  • Http://peternakankita.com, 
  • http://kesehatan-ternak.blogspot.co.id, 
  • http://sakadoci.com

Manajemen Reproduksi Biar Sapi Beranak Rutin Setiap Tahun Rating: 4.5 Diposkan Oleh: abp29