Jenis-jenis Penyakit Unggas (Ayam, Burung, Bebek, Angsa, Entok dll)
Penyakit yg sering menyerang ternak Unggas antara lain:Unggas yaitu ternak yg sangat erat dengan kehidupan masyarakat, terutama masyarakat di pedesaan. Jika kita amati, di pedesaan, hampir tiap rumah atau tiap keluarga mempunyai ternak peliharaan yg berupa unggas ini. Berbagai jenis unggas menyerupai ayam, belibis dan juga burung sangat gampang kita temukan dirumah-rumah penduduk dipedesaan, terutama desa yg masih alami dan belum tersentuh teknologi modern.
- Avian Influenza (AI) - Bisa menular pada manusia
- New Castle Desease (NCD)
- Infectious Bronchitis (IB)
- Pullorum (Berak Kapur)
- Fowl Pox (Cacar Ayam)
- IBD (Gumboro)
- Kolera Unggas
- Coccidiosis (Berak Darah)
- CRD (Ngorok)
- Cacingan
- Penyakit Karena Parasit Eksternal
Unggas yaitu jenis binatang ternak kelompok burung yg dimanfaatkan untuk daging dan telur atau bulunya. Umumnya merupakan potongan dari ordo Galliformes, dan Anseriformes. Kata unggas juga umumnya dipakai untuk burung pedaging menyerupai di atas.Setips umum kebanyakan binatang jenis ini memang mempunyai bentuk tubuh menyerupai ayam dan bebek. Biasanya hewan-hewan unggas sering dijadikan sebagai binatang ternak atau binatang peliharaan. Karena binatang jenis ini gampang dirawat dan termasuk binatang yg produktif. Akan tetapi binatang unggas mempunyai daya tubuh yg lemah, maka binatang ini sering terkena virus atau penyakit. Kata unggas pada umumnya dipakai untuk burung pemakan daging. Atau lebih umumnya, kata ini juga sanggup dipakai untuk menyebut jenis-jenis burung lainnya.
Unggas merupakan binatang yg sanggup diternak untuk diambil keuntungannya menyerupai daging, telur, bulu, bunyi (kicauan), dan sebagainya. Unggas yg paling banyak diternak yaitu ayam pedaging, ayam petelur dan itik. Ketiga jenis unggas ini paling banyak mempunyai peranan dalam hajat hidup manusia.Saking dekatnya kekerabatan antara masyarakat dengan ternak unggas ini sehingga kalau kabar mengenai serangan penyakit disuatu tempat yg menyasar ternak unggas maka banyak orang yg kemudian menjadi panik. Apa saja bahwasanya penyakit-penyakit yg sering menyerang unggas? Penyakit apa saja yg paling berbahaya dan adakah yg bis,a menular pada manusia? Bagaimana tips mencegah dan mengobati penyakit tersebut?
Berikut ini ulasan mengenai aneka macam macam dan jenis penyakit unggas, penyebab, gejala-gejala dan tips mengobatinya. Pengetahuan wacana penyakit unggas ini sangat penting untuk dimiliki oleh para peternak unggas apalagi yg masih pemula. Minimal untuk peternak pemula atau calon peternak wajib mempunyai pengetahuan dasar wacana penyakit unggas.
Daftar Nama Penyakit Unggas antara lain:
- Avian Influenza (AI) - Bisa menular pada manusia
- New Castle Desease (NCD)
- Infectious Bronchitis (IB)
- Pullorum (Berak Kapur)
- Fowl Pox (Cacar Ayam)
- IBD (Gumboro)
- Kolera Unggas
- Coccidiosis (Berak Darah)
- CRD (Ngorok)
- Cacingan
- Penyakit Karena Parasit Eksternal
1. Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) atau dikenal dengan flu burung, merupakan penyakit yg sangat berbahaya pada unggas. Virus Avian Influenza (AI) merupakan jenis virus famili orthomyxoviridae. Sumber infeksi penyakit Avian Influenza antara lain yaitu unggas piara, spesies unggas domestikasi yg lain, burung piara eksotik, unggas liar, binatang lain. Hewan ternak yg terjangkit AI akan mengambarkan gejala-gejala klinis sebagai berikut: acara menurun, konsumsi pakan menurun; ayam mengeram lebih cukup lama, produksi telor menurun, gangguan pernapasan dari yg ringan hingga berat, batuk, bersin yg berlebihan, sinusitis, bulu menggelapai, edema pada muka dan kepala, terdapat sianose pada kulit yg tidak berbulu, gangguan saraf dan diare.
Dari tanda klinis ini biasanya hanya salah satu tanda saja yg terlihat atau beberapa kombinasi. Pada kasus yg sangat cepat ayam-ayam mati tanpa tanda-tanda. Pencegahan yg sanggup dilsayakan yaitu dengan membeli anak ayam yg bebas koriza, sanitasi dengan ketat, bila ada outbreak perlu dilsayakan depopulasi kemudian sangkar dibersihkan dan desinfeksi, istirahatkan beberapa hari. Kemudian masukkan ayam gres yg bebas koriza lsayakan vaksinasi. Tidak ada pengobatan yg spesifik, semua pengobatan hanya menunjang setips alam untuk melegakan alat pernapasan.
2. New Castle Deisease (NCD)
Salah satu penyakit yg sering kali menyerang binatang unggas yaitu NCD (New Castle Desease) atau lebih dikenal dengan tetelo. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo. NCD sanggup menular dengan cepat, 3-4 hari seluruh ternak sanggup terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju yg dikenakan oleh pekerja atau tamu, serangga, burung liar, melalui udara, kontak dengan binatang sakit melalui eksudat, feses dan urine atau melalui perlengkapan sangkar termasuk pakan.
Virus penyakit NCD bersifat menggumpalkan sel darah.
Gejala yg ditimbulkan: ayam sering sesak nafas, nafsu makan turun, diare, bahagia berkumpul pada tempat hangat, batuk-batuk, bersin-bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, kaki lumpuh, mata ngantuk, sayap terkulai, kadang berdarah, tinja encer kehijauan, yg spesifik adanya tanda-tanda “tortikolis” yaitu ayam berputar-putar yg hasilnya mati.
Cara menanggulanginya yaitu dengan memisahkan ayam yg terjangkit NCD antara lain: melsayakan sanitasi sangkar yg baik yaitu dengan menjaga kebersihan sangkar dan peralatan untuk mencegah tercemar virus, sangkar diusahakan semoga lantai tetap kering, anak ayam harus berasal dari peternakan yg bebas NCD, vaksinasi NCD, ayam yg mati segera dibakar atau dikubur jauh dari lingkungan kandang, pisahkan ayam yg sakit semoga tidak menular, tiap tamu dan karyawan yg masuk areal peternakan mengenakan baju steril.
3. Infectious Bronchitis (IB)
Penyakit IB disebbakan oleh Coronaviridae. Gejala klinis dari ayam yg terjangkit IB mengambarkan tanda-tanda sulit bernafas, ngorok, dan mata keluar eksudat. Produksi telor menurun antara 10-50 %, bentuk telor tidak normal, kerabang lunak atau kasar, daya tetas menurun. Pengendalian dilsayakan dengan sanitasi sangkar setips intensif, lsayakan vaksinasi setips teratur.
4. Berak Kapur (Pullorum)
Berak kapur disebabkan oleh basil Salmonella pullorum. Penyakit ini seringkali menyerang anak ayam atau ayam dara. Penelurannya melalui: telor, kontak eksklusif antara ayam sehat dengan ayam sakit; peralatan penetasan dan peralatan sangkar yg kurang bersih, kotoran, air, makanan dan lingkungan yg terkontaminasi.
Gejala klinis pada ayam yg terinveksi berak kapur yaitu antara lain yaitu ayam yg menetas kelihatan lemah dan ngantuk dan hasilnya mati, nafsu makan menurun, diare berwarna putih yg menempel, berkelompok di erat sumber panas, timbul gangguan pernafasan pada anak ayam. Pengendalian yg sanggup dilsayakan yaitu pengobatan terhadap ayam dan tetap dipelihara sehingga tidak menimbulkan kerugian yg banyak. Sedangkan pada ayam indukan petelor dianjurkan untuk dilsayakan depopulasi.
5. Fowl Pox (Cacar Ayam)
Penyakit ini disebabkan oleh virus DNA yaitu virus pox. Sumber penularannya yaitu nyamuk, melalui luka pada kulit, bis,a juga melalui keropeng tertular yg dimakan, penularan eksklusif juga sanggup terjadi contohnya dengan mematuk-matuk ayam sakit. Gejala klinis mula-mula berupa papula kecil berwarna kelabu di tempat kulit yg tidak berbulu, pada potongan kepala dan kaki. Beberapa radang bergabung membentuk radang yg besar dan hasilnya membentuk keropeng besar. Apabila keropeng dikelupas akan terjadi perdarahan dilapisan bawahnya.
Pada tipe cacar lembap akan terlihat bercak berwarna kuning pada selaput lendir mulut, lubang hidung dan faring, sering mengakibatkan penyumbatan kanal udara yg menimbulkan penderita tercekik. Pengendalian yg sanggup dilsayakan terhadap ayam yg terkena penyakit ini yaitu dengan melsayakan isolasi, sedangkan ayam di sekitar sangkar harus divaksinasi. Untuk mencegah infeksi sekunder diberi antibiotik dan vitamin. Populasi nyamuk sanggup ditekan dengan memakai pestisida.
6. Gumboro (Infectious Bursal Disease /IBD)
Penyakit ini disebabkan oleh virus. Penyebaran melalui kontaminasi virus pada peralatan kandang, pakan, alat angkut, dan bahan-bahan lain yg dipakai dalam kandang. Gejala klinis ada dua penyakit gumboro yaitu subklinis dan klinis. Gejala subklinis menyerang ayam muda yg umurnya kurang dari 3 ahad dan tidak terlihat tanda-tanda klinisnya.
Biasanya tidak menimbulkan maut tetapi ayam yg terjangkit dan sembuh dari penyakit akan mengalami imunodepresi akhir kerusakan sel-sel limfosit pembentuk antibodi yg berada dalam bursa fabrisius, thymus dan limpa. Ayam menjadi tidak tanggap terhadap vaksinasi dan maut terjadi akhir infeksi penyakit lain.
Sedangkan tanda-tanda klinis kejadiannya berjalan sayat dengan tanda-tanda klinis ayam menjadi lesu, kurang nafsu makan, inkoordinasi, tremor, peradangan di sekitar dubur, mencret putih dan berlendir, mematuk-matuk kloaka dan bulunya kusam. Bila terjadi infeksi sekunder, kesembuhan sanggup terjadi dalam waktu kurang dari satu ahad dan maut tidak lebih dari 20 %. Pengendalian yaitu dengan melakukan vaksinasi.
7. Fowl Kolera (Kolera Unggas)
Penyebab penyakit ini yaitu Pasteurella multocida. Penularan kalau ayam mematuk ayam lain yg mati lantaran terjangkit kolera. Gejala klinis meliputi: maut mendadak pada ayam yg terjangkit kolera sayat, nafsu makan turun, depresi, kebiruan, mengeluarkan cairan kental dari verbal atau hidung, diare putih berair atau hijau mengental. Pada ayam kampung yg terjangkit setips kronis mengalami pembengkakan pada persendian, cuping, telapak kaki atau selaput sendi. Eksudatnya biasanya terkumpul di dalam selaput mata atau sinus infraorbitalis. Pengendalian dilsayakan dengan menjaga kebersihan lingkungan, vaksinasi, bila ada out break sebaiknya dilsayakan depopulasi dan pengobatan.
8. Berak darah (Coccidiosis)
Penyakit koksidiosis (berak darah) yaitu merupakan salah satu jenis penyakit yg disebabkan oleh protozoa yg sering kali menyerang binatang unggas hampir di seluruh dunia. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa dengan famili Eimeridae, yg terdiri dari empat genus, antara lain Cryptospororidium, Isospora, Eimeria dan Tyzzaria. Pada kebanyakan unggas, Eimeria menyerang usus, kecuali pada angsa, Eimeria menyerang ginjal. Kematian ayam akhir koksidiosis bis,a mencapai 80 – 90% kalau penyakit tidak diobati. Kerugian lain selain maut ternak, maka koksidiosis mengakibatkan penurunan berat badan, penghambatan masa bertelor, penurunan produksi telor dan penurunan efisiensi penggunaan pakan.
Kejadian koksidiosis akan gampang mewabah lantaran beberapa faktor, yaitu kandungan air yg tinggi dalam litter yg melebihi 30%, adanya penyakit lain yg menekan kekebalan tubuh, menyerupai Marek, IBD atau mikotoksin. Penggunaan antikoksidia dalam pakan yg kurang merata pencampurannya, juga bis,a berperan sebagai faktor predisposisi. Faktor yg lain yaitu stres lingkungan dan administrasi perawatan menyerupai kepadatan yg terlalu tinggi, kurangnya kualitas dan kuantitas pakan, ventilasi udara yg buruk dan lain-lain.
Gejala Klinis koksidiosis berjalan setips sayat dan ditandai dengan depresi, bulu kusut dan diare dengan tinja berwarna hijau, napsu makan hilang, muntah darah, paralisa dan diikuti maut akhir kolaps. Unggas yg terinfeksi E. tenella menunjukkan tanda-tanda kepucatan pada jengger dan pial didani kotoran yg bercampur darah. Pada penyakit yg tidak mengatakan tanda-tanda klinis, maka ditandai oleh penurunan produksi telor dan daya tetas dan bobot badan.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit koksidiosis yg penting dilsayakan yaitu pengaturan sistim ventilasi udara yg baik, pengaturan kepadatan sangkar yg sesuai dengan kapasitasnya, penyediaan tempat pakan dan minum yg cukup. Khusus untuk pengaturan tempat air minum, sebaiknya diusahakan memakai model nipple drinker, sehingga tidak banyak air yg tumpah ke litter. Hal ini akan mengurangi risiko kelembaban yg tinggi dalam litter.
9. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease)
Penyakit ini disebabkan oleh Mycoplasma gallisepticum. Sesak nafas penyebabnya yaitu basil Mycoplasma gallisepticum. Penyakit ini menyerang alat-alat pernafasan, sehingga ayam kesulitan untuk bernafas. Gejala klinis ayam yg menderita penyakit ngorok yaitu ayam sering bersin, keluar ingus lewat hidung dan ngorok ketika bernafas, sayap terkulai, mengantuk, tubuh lemah pada ayam muda, diare dengan kotoran berwarna hijau kuning keputihan.
10. Penyakit Parasit Cacing (Helminthiasis)
Penyakit helminthiasis sanggup mengakibatkan kendala pertumbuhan, penurunan produksi telor, berat telor tidak bis,a mencapai maksimal dan awal waktu bertelor yg tidak semestinya. Helminthiasis pada unggas disebabkan oleh cacing, yg setips umum terdiri dari tiga klas, yaitu klas Nematoda, Trematoda dan Cestoda. Penyakit helminthiasis akhir cacing Nematoda disebut Nematodosis, yg disebabkan Trematoda disebut Trematodosis dan yg disebabkan oleh Cestoda disebut Cestodosis. Nematodosis disebabkan oleh jenis cacing Nematoda yg menyerang unggas dengan aneka macam lokasi penyerangan diantaranya adalah:
1). Cacing Mata /Eye Worm (Oxyspirura sp), Cacing Oxyspirura sp berukuran kira-kira 2 cm, hidup di saccus conjunctiva, sering mengakibatkan conjunctivitis, opthalmitis, dan protrusion membrana nictitans. Cacing jenis ini menyerang aneka macam unggas, antara lain ayam, kalkun, merpati, burung-burung liar dan burung-burung dalam sangkar.
2). Syngamus trachea. Syngamus trakhea hidup di trakhea, kadang kala pada bornkhus. Cacing hidup di darah dan mengakibatkan trakheitis diffuse atau fokal di tempat menempelnya. Ukuran cacing lebih dari 2 cm. Cacing menyerang aneka macam unggas, antara lain ayam, kalkun, dengan gejala-gejala, menyerupai pernafasan cepat, dyspnoe, head shaking.
3). Capillaria sp. Capillaria sp merupakan Nematoda yg menginfeksi crop dan esophagus dan mengakibatkan radang mukosa crop dan esophagus. Cacing jenis ini juga menyerang: ayam, kalkun, angsa, itik dan burung-burung dalam sangkar. Gejala yng ditimbulkan berupa anemia dan kelemahan.
4). Dyspharynx, Tetrameres, Cyrnea merupakan Nematoda yg hidup di proventriculus ayam dan unggas lain. Ukuran remaja antara 3 – 18 mm, benalu bersembunyi di dalam mukosa dan sering penetrasi ke dalam kelenjar-kelenjar. Gejala yg ditimbulkan, antara lain : diare, kelemahan dan anemia yg didan dengan ulserasi mukosa, hemorrhagi, nekrosis, pembengkakan mukosa. Cacing ini menyerang aneka macam unggas, antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh dan itik.
5). Ascaridia sp banyak spesies Ascaridia sp yg diketahui menyerang usus halus unggas. Cacing ini meyebabkan enteritis terutama pada unggas muda. Unggas yg diserang antara lain : ayam, kalkun, merpati, puyuh. Siklus hidup cacing ini bersifat langsung, meskipun bis,a juga melalui cacing tanah. Salah satu pola spesies yg sering menyerang ayam yaitu Ascaridia galli.
Cestodosis merupakan penyakit cacing pita yg menyerang ayam pada semua umur. Penyebarannya melalui kotoran ayam yg sakit atau alat-alat yg digunakan. Gejala yg terlihat antara lain lesu, pucat, kurus dan diikuti dengan sayap yg menggantung dan kondisi yg berangsur-angsur menurun dan kemudian diikuti maut akhir komplikasi. Cacing Cestoda yg sering hidup pada ayam yaitu Raillietina spp. Infeksi Cestoda mempunyai tingkat penyebaran lebih luas daripada infeksi oleh Nematoda dan trematoda.
Cacing yg hidup dalam kanal pencernaan akan mengambil makanan dengan tips menyerap sari makanan dari induk semangnya pada mukosa usus. Apabila tingkat infeksi cukup berat, induk semang akan mengalami hypoglicemia dan hypoproteinemia yg nyata. Gejala klinis akhir cacing Cestoda pada ayam dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur ayam. Pada beberapa jenis infeksi, tanda-tanda umum pada ayam muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telor dan kesehatan setips umum juga merupakan tanda-tanda umum akhir infeksi cacing Cestoda. Cacing Cestoda dalam jumlah besar akan banyak mengambil sari makann dari tubuh inangn sehingga tidak jarang mengakibatkan hypoglicemia dan hypoproteinemia.
Diagnosis penyakit didasarkan atas tanda-tanda klinik yg tampak dan sejarah timbulnya penyakit. selain itu sanggup pula dengan melsayakan investigasi tinja setips mikroskopis dimana akan ditemukan proglottid masak yg lepas atau telor cacing yg keluar bersama tinja.
Trematodosis. Penyakit benalu cacing oleh cacing trematoda pada unggas yg populer yaitu Echonostoma revolutum. Cacing ini hidup di rektum dan sekum ayam, itik, angsa, dan unggas air lainnya, burung merpati dan aneka macam burung lain dan mamalia, termasuk tikus air bahkan insan di seluruh dunia. Cacing jenis ini merupakan cacing trematoda yg paling populer dan serkaria sanggup ditemukan dengan gampang pada aneka macam siput air tawar. Infeksi yg berat dari E. revolutum mengambarkan tanda-tanda kekurusan, kelemahan dan diare pada unggas. Pada anak ayam mengakibatkan perdarahan bercak-bercak pada tempat perlekatan acetabulum dengan permukaan mukosa usus.
Pencegahan helminthiasis yg bis,a dilsayakan yaitu melsayakan sanitasi kandang, menghindarkan sangkar dari vektor (induk semang antara) dan ternak liar dan mengusahakan pengelolaan peternakan sebaik mungkin, menyerupai mencegah kepadatan sangkar yg berlebihan, mengusahakan ventilasi sangkar yg cukup dan menerapkan sistim all in all out. Pengobatan terhadap benalu cacing harus dilsayakan seawal mungkin, lantaran kalau keadaan sudah parah, maka pengobatan menjadi sia-sia.Obat-obatan yg bis,a dipakai yaitu Vermizin, Vermixon sirup, Cacing Exitor untuk membasmi Ascaridia galli. Tri Worm juga bis,a dipakai untuk mengatasi A. galli dan Heterakis gallinarum.
Pada ayam yg dipelihara dalam sangkar postal maka pemberian obat cacing bis,a dilsayakan mulai umur satu bulan dan diulang tiap bulan sekali. Sedangkan pada ayam yg dipelihara di sangkar baterai pemberian obat cacing tiap tiga bulan sekali. Pemberian obat cacing akan lebih efektif kalau diberikan dua hari berturut-turut. Ayam dipuasakan terlebih dahulu kira-kira secukup usang satu jam sebelum pemberian obat.
Penyakit Pada Unggas Akibat Parasit Eksternal
Gangguan benalu luar disebabkan oleh beberapa jenis insekta/serangga, menyerupai lalat, kutu, caplak, gurem, tungau dan sebagainya. Gangguan benalu luar akan menimbulkan rasa tidak enak, tidak tenang, gatal, kerusakan bulu, pertumbuhan terhambat, gangguan produksi dan yg lebih berbahaya lagi apabila benalu luar tersebut berperan sebagai vektor penyakit bakteri, virus, cacing atau koksidiosis.
Berbagai jenis kutu terdapat pada bulu ayam dan mungkin ditemukan juga di bawah sayap, pada leher dan di sekitar perut erat kloaka. Biasanya telor kutu tersebut terkumpul pada pangkal bulu. Tungau : Ornithonyssus dan Dermanyssus merupakan tungau penghisap darah pada ayam. Tungau kudis yg menyerang kaki ayam dikenal dengan Knemidocoptes mutans yg mengakibatkan dermatitis yg bis,a melanjut menjadi scaly leg. Caplak berkulit lunak (Argas spp) hidup di tempat tropis dan menyerang ayamayam petelor yg dipelihara dalam sangkar panggung atau di atas litter. Caplak menyukai lokasi di bawah sayap dan menyerang di malam hari. Unggas penderita menampakkan bercak perdarahan (hematoma). Caplak ini sanggup menularkan penyakit spirokhetosis.
Tindakan pengendalian terhadap serangan benalu eksternal antara lain berupa dusting, yaitu penggunaan serbuk atau powder untuk mengatasi gangguan ayam terhadap benalu luar. Pada ayam penderita sanggup diberikan Sodium Fluorida pada pangkal sayap, bulu pada kepala, ekor, dada, kedua sayap, kedua kaki/paha, dasar ekor, bawah lubang kloaka dan punggung.