Ayam kampung merupakan komoditas ternak unggas yang paling akrab dengan kehidupan masyarakat di pedesaan. Sebagian besar keluarga memelihara ayam kampung untuk pemanis pendapatan, tetapi pemeliharaanya ayam kampung secara umum ayam kampung masih dilakukan pemeliharaan secara ekstensif (umbaran). Oleh alasannya yaitu itu sangat rentan terhadap serangan/wabah penyakit ayam kampung yang sanggup menjadikan ajal dalam jumlah banyak.
Permasalahan pokok lainnya yaitu rendahnya produktivitas, sehingga perkembangannya sangat lambat. Dilain pihak produk ayam kampung yang berupa daging dan telur diminati oleh konsumen.
Ayam hasil persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina (hibrida) sanggup dijadikan alternatif sebagai substitusi dalam rangka memenuhi usul daging ayam kampung.
Keunggulanya: 1) sanggup diproduksi/diusahakan dalam skala besar, 2) umur panen singkat (2 – 2,5 bulan), 3) cita rasa dagingnya mirip ayam kampung. Pada pemeliharaan intensif, hingga umur 60 hari sanggup menghasilkan rata-rata bobot tubuh 0,85 kg. Masalah yang masih muncul yaitu warna bulu, sekitar 40% warna bulunya masih mayoritas mirip induknya (coklat) sehingga sementara waktu sanggup mensugesti harga di pasaran.
Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk mendapat ayam hasil persilangan yang warna bulunya mayoritas mirip ayam kampung.
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PERSILANGAN PADA AYAM KAMPUNG
Penerapan teknologi persilangan antara ayam kampung dengan ayam starin lain yaitu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Hal tersebut dilakukan alasannya yaitu kemampuan produksi ayam kampung yang rendah dan tingkat ajal yang tinggi. Hasil penelitian GULTOM et al., 1989 dan DIRDJOPRATONO et al., 1995, menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensif produksi telurnya hanya berkisar 25 – 36 butir/ekor/16 minggu. Selain itu, untuk mencapai bobot tubuh siap potong (0,9 – 1,0 kg) memerlukan waktu 4 – 5 bulan. Faktor lain yang yang menghambat perkembangan ayam kampung yaitu tingginya angka kematian, pada pemeliharaan ekstensif sanggup mencapai sekitar 67% (YUWANTO et al., 1982).
POTENSI PENGEMBANGAN AYAM HASIL PERSILANGAN (HIBRIDA)
Keunggulan ayam bibit unggul Disini yang dimaksud dengan ayam hasil persilangan yaitu keturunan dari persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam petelur betina. Untuk sementara ayam hasil persilangan ini disebut dengan ayam hibrida. Tujuannya untuk menghasilkan ayam potong yang diperlukan bisa mensubstitusi akan tingginya usul daging ayam kampung. Keunggulan ayam ini bisa diproduksi dalam jumlah banyak dengan umur yang seragam, sedangkan pertumbuhannya lebih cepat dibanding ayam kampung asli. Pada pemeliharaan intensif, umur 60 hari rata-rata bobot badannya sanggup mencapai 0,85 kg, sedangkan ayam kampung hanya 0,50 kg (MURYANTO, 2005). contoh ayam kampung unggul
Informasi dari beberapa peternak yang telah memelihara ayam kampung unggul menyampaikan bahwa tingkat kematianya relatif rendah (sekitar 5%). Penyebab ajal yang menonjol yaitu saling mematok antar individu (kanibal), tetapi sanggup diatasi dengan potong paruh dan mengelompokan menurut ukuran tubuh. Berdasarkan uji karkas dan uji rasa yang telah dilakukan balasannya menunjukkan bahwa tampilan karkasnya mirip dengan ayam kampung. Setelah dimasak dengan bumbu dan jenis kuliner yang sama (goreng) ternyata para panelis tidak bisa membedakan antara ayam bibit unggul dengan ayam kampung. Keunggulan lainnya yaitu gampang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan apabila diusahakan dalam jumlah besar tidak menutup kemungkinan sanggup mendukung aktivitas pencukupan daging yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil pengkajian dan proses pengembangan yang telah berjalan selama ini maka sanggup disimpulkan bahwa ayam kampung:
1. Secara teknis persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina sanggup dilakukan secara efisien dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan (IB), alasannya yaitu dengan sistem flock banyak telur yang pecah/ dipatok.
2. Ayam hasil persilangan (hibrida) sanggup diusahakan dalam skala kecil hingga besar, alasannya yaitu secara teknis telur tetas maupun DOC sanggup diproduksi menurut permitaan.
3. Secara ekonomi perjuangan pembesaran ayam hasil persilangan (hibrida) masih menguntungkan, alasannya yaitu waktunya tidak terlalu usang (2 - 2,5 bulan).
4. Tidak menutup kemungkinan apabila sudah diusahakan dalam skala besar (komersial) ayam hasil persilangan ini sanggup mendukung aktivitas kecukupan daging.
5. Kegiatan pengkajian masih perlu dilanjutkan untuk mendapat keturunan ayam yang lebih mendekati/mirip ayam kampung, khususnya mengenai warna bulu yang masih sering muncul mirip induknya.
File doc Lengkap baca di Litbang
ayam kampung |
Ayam hasil persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina (hibrida) sanggup dijadikan alternatif sebagai substitusi dalam rangka memenuhi usul daging ayam kampung.
Keunggulanya: 1) sanggup diproduksi/diusahakan dalam skala besar, 2) umur panen singkat (2 – 2,5 bulan), 3) cita rasa dagingnya mirip ayam kampung. Pada pemeliharaan intensif, hingga umur 60 hari sanggup menghasilkan rata-rata bobot tubuh 0,85 kg. Masalah yang masih muncul yaitu warna bulu, sekitar 40% warna bulunya masih mayoritas mirip induknya (coklat) sehingga sementara waktu sanggup mensugesti harga di pasaran.
Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk mendapat ayam hasil persilangan yang warna bulunya mayoritas mirip ayam kampung.
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI PERSILANGAN PADA AYAM KAMPUNG
Penerapan teknologi persilangan antara ayam kampung dengan ayam starin lain yaitu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. Hal tersebut dilakukan alasannya yaitu kemampuan produksi ayam kampung yang rendah dan tingkat ajal yang tinggi. Hasil penelitian GULTOM et al., 1989 dan DIRDJOPRATONO et al., 1995, menunjukkan bahwa ayam kampung yang dipelihara secara intensif produksi telurnya hanya berkisar 25 – 36 butir/ekor/16 minggu. Selain itu, untuk mencapai bobot tubuh siap potong (0,9 – 1,0 kg) memerlukan waktu 4 – 5 bulan. Faktor lain yang yang menghambat perkembangan ayam kampung yaitu tingginya angka kematian, pada pemeliharaan ekstensif sanggup mencapai sekitar 67% (YUWANTO et al., 1982).
POTENSI PENGEMBANGAN AYAM HASIL PERSILANGAN (HIBRIDA)
Keunggulan ayam bibit unggul Disini yang dimaksud dengan ayam hasil persilangan yaitu keturunan dari persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam petelur betina. Untuk sementara ayam hasil persilangan ini disebut dengan ayam hibrida. Tujuannya untuk menghasilkan ayam potong yang diperlukan bisa mensubstitusi akan tingginya usul daging ayam kampung. Keunggulan ayam ini bisa diproduksi dalam jumlah banyak dengan umur yang seragam, sedangkan pertumbuhannya lebih cepat dibanding ayam kampung asli. Pada pemeliharaan intensif, umur 60 hari rata-rata bobot badannya sanggup mencapai 0,85 kg, sedangkan ayam kampung hanya 0,50 kg (MURYANTO, 2005). contoh ayam kampung unggul
ayam kampung unggul |
Informasi dari beberapa peternak yang telah memelihara ayam kampung unggul menyampaikan bahwa tingkat kematianya relatif rendah (sekitar 5%). Penyebab ajal yang menonjol yaitu saling mematok antar individu (kanibal), tetapi sanggup diatasi dengan potong paruh dan mengelompokan menurut ukuran tubuh. Berdasarkan uji karkas dan uji rasa yang telah dilakukan balasannya menunjukkan bahwa tampilan karkasnya mirip dengan ayam kampung. Setelah dimasak dengan bumbu dan jenis kuliner yang sama (goreng) ternyata para panelis tidak bisa membedakan antara ayam bibit unggul dengan ayam kampung. Keunggulan lainnya yaitu gampang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan apabila diusahakan dalam jumlah besar tidak menutup kemungkinan sanggup mendukung aktivitas pencukupan daging yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil pengkajian dan proses pengembangan yang telah berjalan selama ini maka sanggup disimpulkan bahwa ayam kampung:
1. Secara teknis persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina sanggup dilakukan secara efisien dengan memanfaatkan teknologi inseminasi buatan (IB), alasannya yaitu dengan sistem flock banyak telur yang pecah/ dipatok.
2. Ayam hasil persilangan (hibrida) sanggup diusahakan dalam skala kecil hingga besar, alasannya yaitu secara teknis telur tetas maupun DOC sanggup diproduksi menurut permitaan.
3. Secara ekonomi perjuangan pembesaran ayam hasil persilangan (hibrida) masih menguntungkan, alasannya yaitu waktunya tidak terlalu usang (2 - 2,5 bulan).
4. Tidak menutup kemungkinan apabila sudah diusahakan dalam skala besar (komersial) ayam hasil persilangan ini sanggup mendukung aktivitas kecukupan daging.
5. Kegiatan pengkajian masih perlu dilanjutkan untuk mendapat keturunan ayam yang lebih mendekati/mirip ayam kampung, khususnya mengenai warna bulu yang masih sering muncul mirip induknya.
File doc Lengkap baca di Litbang