Bahan Pakan Alternatif Untuk Ternak, Gaplek
Pemanfaatan Gaplek sebagai materi pakan ternak sapi potong sudah cukup usang dilsayakan. Tetapi untuk pakan unggas masih jarang alasannya pakan unggas lebih banyak mengandalkan materi pakan dari jagung. Sebenarnya jikalau gaplek dikombinasikan dengan kedelai maka dari segi kandungan nutrisi sudah cukup untuk pakan unggas dan dari segi harga juga bis,a lebih murah. Tetapi kelemahan singkong ini alasannya mengandung senyawa anti nutrisi sehingga perlu dinetralisir terlebih dahulu.
Pemanfaatan Gaplek sebagai materi pakan ternak sapi potong sudah cukup usang dilsayakan. Tetapi untuk pakan unggas masih jarang alasannya pakan unggas lebih banyak mengandalkan materi pakan dari jagung. Sebenarnya jikalau gaplek dikombinasikan dengan kedelai maka dari segi kandungan nutrisi sudah cukup untuk pakan unggas dan dari segi harga juga bis,a lebih murah. Tetapi kelemahan singkong ini alasannya mengandung senyawa anti nutrisi sehingga perlu dinetralisir terlebih dahulu.
Banyak materi pakan ternak yg jikalau bangun sendiri atau diberikan setips individu kurang baik bagi ternak bahkan kadang beracun tetapi jikalau dikombinasikan dengan materi lain maka imbas negatif menyerupai imbas racunnya bis,a diminimalisir, salah satu pola kombinasi materi pakan untuk mengurangi efek negatif pada ternak yakni penggabungan antara gaplek dan kedele untuk pakan ternak.
Netralisasi Sianogenik
Akar dan daun cassava mengandung senyawa anti nutrisi yaitu glukosida linamarin dan lotaustralin. Jika senyawa tersebut terhidrolisa oleh acara enzim linamarase akan membebaskan asam sianogenik yg sanggup mengakibatkan keracunan pada ternak apabila terdapat dalam jumlah di atas batas aman. Dalam reaksinya, linamarin plus air dengan proteksi enzim linamarase menghasilkan asam sianogenik plus aseton plus glukosa. Tinggi rendahnya kadar total glukosida sianogenik dalam akar atau daun cassava akan membedakan antara varietas pahit (lebih tinggi toksisitasnya) dan varietas manis. Metoda hemat yg sejauh ini paling efektif menghilangkan seluruh atau sebagian asam sianogenik yakni dengan pemberian panas. Perlsayaan suhu antara 40 dan 800C efektif untuk menghilangkan asam sianogenik. Dehidrasi alami dengan pemanasan di bawah sinar matahari juga merupakan tips yg kondusif untuk menghilangkan asam sianogenik tanpa akan mengaktifkan enzim linamarase.
Sebaiknya penggunaan cassava dalam pakan layer tidak lebih dari 20 %. Lebih tinggi dari itu akan berisiko menurunkan konsumsi pakan.
Gaplek bergotong-royong merupakan salah satu upaya pengawetan produk singkong untuk tujuan (biasanya) non konsumsi. Cara pembuatannya sangat sederhana yaitu umbi akar dikelupas kulitnya, dipotong–potong, kemudian dijemur secukup usang 2 – 3 hari tergantung intensitas sinar matahari. Bisa juga memakai alat pengering. Penjemuran tidak boleh setelah kadar air turun menjadi 12-14%. Disebut kering apabila dipatahkan mengeluarkan suara yg khas. Racun sianogen sebagian besar terdapat pada kulit akar. Tindakan pengelupasan kulit, perendaman dan penjemuran, signifikan menurunkan kandungan sianogen. Standar spesifikasi minimum dari gaplek yakni kadar kanji minimum 65 %, serat bernafsu maksimum 5 %, pasir minimum 3 %, kadar air maksimum 14 %. Cara pengawetan lain, mem.buatnya dalam bentuk pellet. Cassava kering digiling memakai hammer mill kemudian dimasukkan dalam mesin pelletmill dimana sebelumnya dilewatkan ke dalam conditioner yg memperlihatkan uap air panas (steam). Dengan bentuk pellet, kualitas materi dan ukurannya menjadi lebih seragam, mengurangi tepung yg timbul secukup usang penanganan, mengambil kawasan 25 – 30 % lebih efisien dibandingkan jikalau masih dalam bentuk potongan besar, memudahkan dan mengefisienkan proses pengangkutan.
Kombinasi Cassava : Kedele
Karena cassava rendah protein, dalam penggunaannya sebagai materi bsaya pakan unggas dikombinasikan dengan materi kaya protein lain (bungkil kedele).
Kombinasi 82 % cassava dan 18 % kedele memiliki kandungan nutrisi setara dengan jagung. Tepung cassava sanggup mensubstitusi 45 - 50 % jagung untuk pakan broiler starter tanpa menjadikan imbas yg merugikan terhadap laju pertumbuhan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Percobaan lain menambahkan tepung cassava yg berupa adonan antara pecahan akar umbi dan daun dan tangkai lunak untuk menggantikan 25 % dan 50 % jagung yg digunakan (dari level jagung 50 %). Pakan percobaan mengandung 12,5 % dan 25 % tepung cassava. Campuran tepung cassava terdiri pecahan akar dan adonan daun / tangkai 2,5 : 1; sedangkan perbandingan daun terhadap tangkai 5 : 1. Hasil percobaan memperlihatkan meskipun cassava digunakan pada level tinggi tidak terlihat adanya gangguan kesehatan, meski laju pertumbuhan dan efisiensi pakan terganggu (13 % dan 19 % laju pertumbuhan dibandingkan pakan kontrol dan 14 % dan 26 % konversi pakan). Penggunaan tepung cassava dianggap masih bernilai hemat terlebih ketika harga jagung tinggi.
Efek Pigmentasi
Mengingat pakan broiler kebanyakan diberikan dalam bentuk pellet atau crumble maka cassava bis,a digunakan dalam jumlah yg lebih tinggi. Pada percobaan terhadap ayam broiler, pecahan akar cassava sanggup diberikan hingga level 45 – 50 % sementara pecahan daunnya 5 – 6 %. Tabel 3 memperlihatkan pola formulasi penggunaan cassava untuk mensubstitusi jagung dalam percobaan pada broiler starter (3.a) dan finisher (3.b). Penggunaan cassava level tinggi dan juga kedele utuh tidak memperlihatkan efek merugikan terhadap kondisi litter (kotoran) yg dihasilkan broiler. Hanya saja penggunaan cassava (bagian akar) mengganggu pigmentasi kuning pada pecahan kaki, paruh, kulit dan perlemakan. Jika dilsayakan ranking pigmentasi dari 1 (pigmentasi buruk) hingga 4 (pigmentasi baik), maka pakan yg mengandung adonan cassava akar dan daun memperlihatkan kualitas pigmentasi yg sama dengan pakan kontrol (jagung) bernilai 4. Apabila pakan disajikan dalam bentuk tepung, sebaiknya penggunaan cassava tepung tidak lebih dari 20 % (starter) dan 25 % (finisher).
Energi Metabolik dan Konsumsi Pakan
Berbeda dengan pakan broiler yg mensyaratkan energi tinggi, pakan layer membutuhkan tingkat energi metabolik yg lebih rendah (2800 kcal/kg). Sebaiknya penggunaan cassava dalam pakan layer tidak lebih dari 20 %. Lebih tinggi dari itu akan berisiko menurunkan konsumsi pakan. Pada percobaan memakai cassava tepung untuk mensubstitusi jagung 10 – 20 %, diberikan pada beberapa fase umur ayam petelur memperlihatkan perbedaan tingkat produksi telur, meski tidak signifikan. Ada kecenderungan konsumsi pakan sedikit menurun (1 gr/ek/hari).