Monday, September 23, 2019

Manejemen Integrasi Peternakan Terpadu

Untuk mengurangi ketergantungan keberlangsungan perjuangan peternakan unggas banyak perusahaan atau perorangan (home industry) yang melaksanakan konsep integerasi dari hulu ke hilir. Dalam istilah perusahaan perunggasan modern, konsep ini dikenal dengan nama integrated poultry industry. Memang dengan konsep integrasi terpadu ini, perusahaan maupun perorangan atau home industry mempunyai banyak keuntungan yang didapatkan menyerupai tidak tergantung pada pihak lain, sanggup mengurangi resiko fluktuasi harga (produk unggas merupakan komoditi yang mempunyai nilai jual yang senantiasa berfluktuatif), untuk memaksimalkan margin seluruh lini usaha. Tidak bisa terlepas pelaku perjuangan peternak unggas biasanya mengalami kerugian yang diakibatkan
oleh penyakit atau harga jual yang rendah dan semakin mahalnya bahan-bahan baku untuk pakan.

Untuk mengatasi permasalahan yang biasa dialami oleh para peternak unggas tsb, sebaiknya mereka bersatu membentuk suatu unit perjuangan (seluruh sahamnya dimiliki oleh para peternak) yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Nanti apabila unit gres tersebut menghasilkan keuntungan/laba usaha, maka keuntungan tersebut dibagi menurut persentase modal yang ditanamkan oleh peternak di perusahaan gres tersebut. Dengan demikian seluruh margin dari setiap lini perjuangan sanggup diraih dan diserap oleh perusahaan gres tersebut.

Sedikit gambarkan Kosep Integrasi Terpadu (KIT) yaitu sebagai berikut:

PT.CTM merupakan suatu unit perjuangan gres yang modalnya didapatkan dari saham para peternak. PT.CTM ini yang mengelola KIT mulai dari Breeding Farm hingga dengan Food Industry dan disupport oleh perusahaan pakan dan obat yang terpisah dari KIT. KIT ini dibentuk sefleksibel mungkin yang dimana persentase daya serap lini yang didalam dan diluar tergantung pada situasi pasar . PT.CTM ini memegang peranan yang sangat strategis dimana sanggup mengendalikan fluktuatif harga mulai dari DOC, ayam besar hingga karkas. Harga jual produk mulai dari DOC, ayam besar hingga karkas. PT.CTM ini pun haruslah mendapat keuntungan perjuangan yang pada nantinya pun akan dibagikan ke peternak sesuai dengan jumlah saham yang ditanamkan peternak. Dengan demikian, marketing PT.CTM terutama di hilir (RPA dan Food Industry) haruslah handal dan cakap dalam melihat situasi pasar sehingga diperlukan mereka sanggup mempunyai basis pelanggan dengan harga jual yang tetap.

Dengan kebutuhan konsumsi pakan PT.CTM yang sangat besar sehingga sanggup mengikat pabrik pakan untuk menjual pakannya dengan harga tetap (pada waktu PT.CTM untung maka harga pakan ikut naik dan sebaliknya apabila peternak rugi maka harga pakan akan ikut turun). Hal ini sangat strategis mengingat komponen pakan merupakan donasi terbesar dalam komponen industry unggas (sekitar 60-70%). Harga obat, vitamin dan mineral pun sanggup ditekan dengan adanya harga yang tetap sehingga peternak lebih fokus pada biaya operasional, teknik pemeliharaan dan efisiensi yang sebagian besar sanggup dikendalikan oleh peternak.

Tahapan pengelolaan administrasi PT.CTM bisa mencakupi seluruh lini perjuangan mulai dari breeding hingga dengan food industri secara sekaligus, atau bisa pula secara sedikit demi sedikit mengelola beberapa lini perjuangan dulu untuk kemudian bermetamorfosis terintegrasi seluruhnya, tergantung pada pemegang saham (para peternak). Namun demikian disarankan biar pertimbangan ini menurut pada kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, modal, rencana pengembangan usaha, pemasaran, kondisi dan letak potensi geografis daerah.

Di unit Breeding, hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya kontinuitas ketersediaan stok untuk unit ini sebaiknya PT.CTM lah yang mengelola mengingat dari kemampuan beternak para peternak di bidang breeding yang masih terbatas. Untuk unit budidaya, sebaiknya para peternak yang mempunyai saham di PT.CTM lah yang memberdayakan. Hal ini penting biar seluruh produksi DOC dari PT.CTM sanggup diserap seluruhnya oleh para peternak budidaya. Tetapi alasannya PT.CTM ini dibentuk sefleksibel mungkin, maka dimungkinkan produksi DOC, ayam besar maupun karkas tidak diserap seluruhnya oleh PT.CTM, namun sanggup pula dijual ke pasar sesuai yang dirundingkan antara administrasi PT.CTM dengan peternak, dimana hal ini tergantung pada kondisi dan situasi pasar.
Begitu pula halnya dengan RPA, seluruh ayam besar dari unit budidaya ditampung di RPA sesuai dengan bobot yang diminta oleh RPA. Apabila ayam besar dari unit budidaya tidak memenuhi standar dan kualitas RPA, maka ayam tersebut sanggup dijual ke pasar luar. Di unit RPA ini dibutuhkan gudang penyimpanan dengan kapasitas yang cukup besar, yang sewaktu-waktu digunakan apabila harga ayam besar turun sehingga RPA sanggup memotong ayam dalam jumlah yang sangat banyak dan apabila harga sudah membaik kembali, maka RPA tinggal mengeluarkan stock ayam di gudang. RPA yang digunakan sebaiknya RPA kelas menengah/ semi modern, mengingat RPA yang modern membutuhkan investasi dan modal yang sangat besar. Di RPA ini dibutuhkan seorang salesman yang handal mengingat RPA merupakan salah satu unit perjuangan yang sanggup memanfaatkan momentum fluktuatif harga ayam. Adapun kebutuhan untuk food industri yang jumlahnya telah ditetapkan (minimal sesuai dengan kapasitas mesin), tetap dipenuhi oleh RPA secara kontinue.

Meskipun KIT merupakan suatu konsep terpadu yang memadukan seluruh lini secara integrasi dari breeding hingga dengan food industri, namun tahapan pengembangan food industri hendaknya dilakukan sesudah seluruh lini mulai dari breeding, commercil farm hingga dengan RPA dinilai mantap. Hal ini dinilai perlu mengingat abjad bisnis di food industri relatif agak berbeda dibandingkan dengan unit perjuangan yang lainnya. Strategi pengembangannya pun berbeda mengingat produk yang dihasilkannya merupakan barang dagangan yang penjualannya lebih efektif dengan memakai media iklan/ media promosi lainnya. Belum lagi dengan jenis produk yang akan diproduksi, branding dan packaging yang digunakan, mutu dan kualitas produk, rasa, dll yang kesemuannya itu memerlukan riset pasar terlebih dahulu yang biayanya pun relatif besar. Namun hal ini bukanlah halangan bagi peternak yang akan membuatkan lebih jauh usahanya food industri mengingat porsi kebutuhan akan produk ayam olahan masih sangat besar. Untuk memulainya, PT.CTM membuatkan terlebih dahulu food industry tradisional yang tidak membutuhkan modal yang terlalu besar dan produk yang dihasilkan berupa produk curah dan tidak bermerk. Biasanya hasil produksi food industry tradisional ini yaitu nugget, kaki naga, otak-otak, baso, kripik ceker ayam/usus, dll. Proses pengolahannya lebih banyak memakai tenaga insan dibandingkan mesin. Bila nanti pangsa pasarnya berkembang, maka PT.CTM ini tinggal meningkatkan kapasitas produksinya. Apabila masih kurang memadai, maka food industry tradisionalnya harus di up grade menjadi food industry semi modern. Dengan demikian food industry nantinya akan menjadi lokomotif PT.CTM yang akan terus membuatkan masing-masing unit usahanya mulai dari pembibitan, kebijaksanaan daya, rumah potong ayam dan food industrynya itu sendiri.

Diharapkan dengan adanya KIT ini maka akan terbentuk suatu pasar tetap yang proses pengelolaannya berasal dari peternak, oleh peternak dan untuk peternak dimana seluruh margin perjuangan akan dinikmati oleh peternak pula. Dengan demikian KIT sanggup digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan persoalan yang biasa dialami oleh peternak unggas yang selalu terombang-ambing oleh fluktuatif harga dan tidak adanya kepastian perjuangan yang menguntungkan bagi peternak. Masa depan dalam genggaman,jayalah terus peternak dan penetas Indonesia…


By - SyberNews ‘harapan rakyat’ dan sedikit rubahan admin.CTM

Manejemen Integrasi Peternakan Terpadu Rating: 4.5 Diposkan Oleh: abp29