Monday, April 22, 2019

Mengubah Mindset Beternak Kambing Domba

Mindset beternak kambing domba
Mindset ialah sekumpulan asumsi-asumsi yang membentuk contoh pikir dan contoh tindak kita. Dalam kaitan daging misalnya, asumsiasumsi itu antara lain ialah daging identik dengan daging sapi padahal contohnya daging domba dan kambing juga tidak kalah baiknya.  Kita juga berasumsi bahwa untuk beternak sapi, domba dan kambing yang murah dperlukan lahan gembalaan berupa padang rumput yang luas. Karena asumsi-asumsi inilah kita mengalah pada Australia dan New Zealand untuk kebutuhan daging dan susu kita. Sama dengan dikala berperang, begitu kita berasumsi bahwa musuh lebih kuat maka kita akan defensive atau bahkan menyerah. Maka solusi besar dari kasus besar perdagingan – yang kuat pribadi pada kwalitas generasi kini dan nanti ini – harus dimulai dari perubahan besar pada  mindset kita, perubahan asumsi-asumsi di pikiran kita yang kemudian akan membentuk perubahan pada contoh tindak kita.


Lantas dari mana memulainya ?, mumpung kita gres mulai perubahan ini – maka sanggup dari awal kita arahkan untuk mengikuti petunjukNya semoga tidak (lagi) tersesat dalam perjalanan panjang ke depan. Kita mulai dari yakin-se yakin-yakinnya bahwa janjiNya niscaya benar, bahwa bila kita berpikir Dia memberi rezeki kita (termasuk daging di dalamnya) minimal sama dengan yang diberikannya pada ratarata penduduk dunia – maka kitapun akan mendapatkannya demikian .  Dari mana lompatan besar itu akan kita peroleh ? dari mana lagi bila bukan dari Al-Qur’an dan sunnah-sunnah nabiNya ! AlQur’an yang dengannya gunung-pun sanggup terbelah (QS 59:21), yang menjadi balasan atas segala sesuatu (QS 16 :89), yang menjadi petunjuk, klarifikasi atas petunjuk dan pembeda (QS 2:183) – niscaya sangat sanggup menjawab seluruh duduk kasus daging ini.
 
Perhatikan rangkaian ayat-ayat berikut contohnya :
“Maka hendaklah insan itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, kemudian Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan hijauan , zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buahbuahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS 80 : 24-32)
 
“Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kau menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kau dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS 16 : 10-11) Pemahaman dan pendalaman ayat-ayat tersebut akan segera merubah mindset kita. Bahwa lahan-lahan gembalaan terbaik itu bukan padang rumput yang luas menyerupai yang dimiliki oleh Australia dan New Zealand misalnya.
 
Lahan-lahan gembalaan yang diresepkanNya itu adanya di antara kerindangan tanaman-tanaman lain dari jenis biji-bijian, kurma, anggur, zaitun, segala macam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan , rumput-rumputan, dan segala tumbuhan yang membentuk kebunkebun yang lebat. Negeri mana yang mempunyai ini semua ? Utamanya ialah negeri-negeri tropis yang mempunyai keaneka ragaman hayati yang sempurna. Negeri mana itu ? salah satu yang terbaiknya tentu ialah negeri ini, Indonesia !. Makara resep penggembalaan dari Al-Qur’an tersebut di atas justru paling fit bila diterapkan di negeri ini, lebih dari negeri-negeri lain yang selama ini membentuk mindset kita seolah merekalah yang sanggup memproduksi daging dan susu yang murah itu.
 
Masalahnya ialah kebun-kebun yang luas dari perkebunan, kehutanan, industry dlsb ialah bukan milik rakyat, dimana rakyat sanggup menggembalakan ternak-ternaknya ? Jawabannya ada di hadits berikut : “Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput, air dan api” (Sunan Abu Daud, no 3745). Kuncinya ada di syirkah atau kerjasama itu, dikala kita tidak bersyirkah menyerupai kini – dengan potensi ladang gembalaan yang paling baik-pun kita tetap tidak sanggup makan daging secara cukup. Kita sanggup bersyirkah dengan para pemilik perkebunan, perhutani, pengelola jalan tol dan bahkan pengelola-pengelola lapangan golf untuk sanggup menggembala di lahan gembalaan yang sangat luas.
 
Orang-orang yang pesimis niscaya akan melihat kasus demi masalah. Menggembala di lahan perkebunan tidak akan diijinkan pemiliknya, juga di perhutani. Menggembala di pinggir jalan tol akan meningkatkan kerawanan pengguna tol. Menggembala di lapangan golf akan merusak keindahan lapangan golf dan segudang permasalahan lainnya.Tentu ini kembali ke hadits qudsi tersebut di atas, bila kita beranggapan tidak sanggup alasannya ialah penuh kasus – maka kita memang tidak akan sanggup alasannya ialah kita tidak beranjak untuk berusaha mengatasi masalah-masalah yang ada.Sebaliknya bila kita optimis bisa, kita menyadari ada tantangantantangan besar di depan – maka kita akan mulai berusaha memecahkan masalahnya satu demi satu. Golongan kedua inilah yang ingin kami ajak rame-rame untuk mulai berbuat mengatasi kasus yang nampaknya sepele - kasus daging – tetapi sanggup menjadi penghancur kwalitas generasi ini.
 
Kita ubah dahulu mindset kita untuk bisa, maka insyaAllah kitapun akan bisa. InsyaAllah !

REFRENSI
BUKU WATANA (Wana Tani Ternak) : THE MINDSET

Mengubah Mindset Beternak Kambing Domba Rating: 4.5 Diposkan Oleh: abp29