Sebagai masysarakat Indonesia, pastinya kita sudah sangat familiar dengan ayam kampung. Salah satu jenis unggas yang sangat diminati masyarakat baik daging maupun telurnya. Tahukah kita dibalik itu ada proses beternak ayam kampung dilalui peternak untuk menunjukkan kontribusi dalam ketahanan pangan Nasional. Walaupun jumlah penduduk Indonesia lebih dari 200 juta, ternyata jumlah peternak ayam kampung tidak lebih dari 10 juta rumah tangga. Sangat miris bukan? Itulah salah satu penyebab mahal dan langkanya ayam kampung di pasaran.
Kekurangan daging ayam kampung menurut angka BPS tahun 2016 ini tidak lain penyebabnya yakni jumlah peternak ayam kampung yang sidikit, sehingga meyebabkan pasokan (suplay) pasar juga sedikit. Akhirnya sesuai dengan aturan ekonomi, penawaran sedikit - ajakan banyak maka mau tidak mau harga menjadi tinggi (mahal).
Mahalnya produk ternak ayam kampung seharusnya sanggup dijadikan peluang perjuangan menjanjikan, baik sampingan maupun perjuangan pokok. Toh persaingan dalam perjuangan budidaya masih sangat kecil, bawangkan 10 juta berbanding 200 juta = 1 : 200. Kalau diukur menurut analisa SWOT, sanggup dikatakan perjuangan ayam kampung ketika ini masih sangat menjanjikan. Tapi mengapa jumlah peternak di Negeri ini masih sangat sedikit?
Ternyata banyak masyarakat kita ragu-ragu beternak ayam kampung sebagai perjuangan sampingan ataupun poko sebab kekurag tahuan cara budidaya. Kebanyakan kita lebih mengetahui resiko dalam perjuangan peternakan dibanding pengetahuan untung rugi perjuangan ternak. Karena lebih banyak mengenal resiko dibanding teknologi budiaya, alhasil mengalah sebelum memulai. Bennar kan.. niscaya pembaca cukup oke dengan fenomena etos perjuangan anak negeri Indonesia tercinta ini.
Beternak ayam kampung tidaklah sulit. Secara alamiah budaya telah mengajarkan kita wacana cara beternak ayam skala kecil. Hampir semua suku nusantara, mempunyai budaya memberi sebasang ayam kepada pengantin baru. Artinya, setiap keluarga di negeri ini semenjak awal telah diajarkan mengembangakan ternak sebagai usaha. Itulah nilai dibalik sepasang ayam kampung tersebut.
Brikut inilah cara beternak ayam kampung dari start (mulai) sampai panen
- Siapkan kandang: ukuran sangkar ayam kampung secara standar sederhana yakni 5 - 7 ekor / M2, sangkar sanggup sistem baterai ataupun postal, semua terserah kepada calon peternak. Atap sebaiknya dari rumbia ataupun asbes.
- Beli bibit ayam kampung super, sebab cepat panen bial dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Ayam kampung super sudah sanggup dipanen pada usia 8 -9 minggu, hampir mendekati masa budidaya ayam potong (broiler)
- Gunakan pakan pabrikan (pelet), untuk mendapat pertumbuhan cepat maka sebaiknya gunakan pakan pelet ayam potong menyerupai S 5. 11, S 5. 12 dan lain-lain baik yang diproduksi Pokphand, Japfa, Gold Coin dan sebagainya.
- Lakukan perawatan menyerupai pada ternak ayam potong, (khususnya donasi vitamin harian)
- Jual sempurna waktu, kalau mau untung dengan proses budiaya ayam kampung menyerupai item sebelumnya maka jangan pernah telat menjual ayam kampung yang siap panen (ukuran 1 Kg keatas). Ini untuk menghemat biaya produksi, kita tahu bahwa biaya produksi terbesar dalam budidaya ayam ada pada pengeluaran pakan. Hmpir 70% biaya produksi hanya untuk penyediaan pakan.
Saya rasa langkah-langkah diatas tidaklah sulit, baik secara tekhnis maupun konsep perencanaan, yang sulit hanyalah kemauan untuk memulai. Rencana sebagus apapun kalau tidak dimulai tidak akan pernah berhasil, apakah itu perjuangan budidaya ayam kampung, jual pulsa, berdiri perusahaan, tanam cabe dan lain sebagainya kalau tidak dimulai tidak akan pernah mendapat hasil. Beternak ayam kampung sangat mudah, resiko kegagalan juga sangat kecil, biar lebih simpel “bayangkan saja kita sedang merawat anak sendiri” Mudah-mudahan sukses niscaya diraih dari perjuangan ayam kampung tersebut.