Untung besar, niscaya menjadi tujuan dalam perjuangan budidaya ternak. Tapi bagi kita yang sama sekali belum pernah terjun di perjuangan peternakan, jangan tergiur dari besarnya sangkar ayam tetangga atau banyaknya itik peliharaan teman. Dibali hingar bingarnya perjuangan peternakan, ada resiko besar yang sulit diprediksi. Peternak berpengalaman sekalipun terkadang masih sulit tidur kalau ada wabah penyakit unggas sedang musim, bagaimana tidak? di dalam sangkar ayam mereka tertanam uang ratusan juta. Sekali wabah penyakit menjangkiti seekor ayam dalam kandang, maka ketika itulah uang ratusan juta bisa hilang dalam sekejap.
Untuk memulai perjuangan budidaya ayam atau itik ada baiknya dari skala kecil saja, 100 - 500 ekor. Untuk memelihara itik produktif sebanyak 100 ekor saja akan diharapkan modal minimal 8 juta sedangkan untuk ayam kamapung sekitar 5 jutaan.
Mengapa modal awal ternak itik lebih mahal daripada ayam kampung? itu lantaran harga bibit itik jauh lebih mahal daripada bibit ayam kampung. Untuk itik dara - produktif (mulai bertelur) harga pasarannya ketika ini mencapai Rp. 50.000,-/ ekor, artinya bila kita ingin memelihara itik 100 ekor maka untuk bibit saja harus disiapkan modal sebesar Rp. 5 juta. Gila kok mahal amat ya harga itik petelur?
Wajar aja mas/ pak, seekor itik bisa menghasilkan telur hingg 300 butir/ tahun, jadi dalam setahun si itik betina menghasilkan uang sebesar 300 x Rp. 2000 = Rp. 600.000,-. Gilak banyak amat ya, duit Rp. 50.000,- bisa jadi 600 ribu dalam setahun.. hitung-hitungnya gak gitu juga kali.. emang tu itik gak dikasih makan, gak dikasih uang jajan… heheheh.. Okelah semoga lebih terang kita bikin hitung-hitung singkat wacana analisa ungtung rugi ternak itik skala kecil di bawah ini.
Modal dan Biaya
Modal sangkar + peralatan (persiapan sampai jadi) = Rp. 4.000.000,-
Bibit itik dara/ mulai bertelur = 100 x Rp. 45.000,- = Rp. 4.500.000,-
Itik pejantan = 10 x Rp. 30.000 = Rp. 300.000,-
Pakan selama budidaya = 110 x 300 x Rp. 700 = Rp. 23.100.000,-
biaya tenaga kerja diabaikan saja lantaran kita yang akan ngasih makan.
Pendapatan
Anggap saja itik betina yang produktif sekitar 80 %, berarti setiap hari kita menerima telur 80 butir, harga sebutir telur itik Rp. 2000.
Pendapatan perhari = 80 x Rp. 2000 = Rp. 160.000,-
Pendapatan selama masa produksi = 300 x Rp. 160.000,- = Rp. 48.000.000,-
angsa afkir = 100 x Rp. 30.000,- =Rp.3.000.000,-
Total pendapatan = 48 juta + 3 juta = 51.000.000,-
Keuntungan Rp. 51.000.000 – Rp. 32.100.000,- = Rp. 18.900.000/ periode.
Wow besar juga yah untungnya? itu untung total selama 300 hari pak, dapatnya gak akan ibarat itu lantaran faktor lain ibarat penyakit, biaya-biaya lain sebagainya.
Karena kita bukan spesifik mau analisa rugi keuntungan ternak itik, tapi lebih mengarah pada perbandingan ternak itik dan ayam kampung dari segi rugi keuntungan dan efisiensi maka faktor-faktor lainnya itu tidak dibahas lebih jauh.
Bagaimana dengan Budidaya ayam kampung? Pada dasarnya komponen hitungannya sama saja, hanya harga dari telur ayam kampung lebih murah daripada telur itik tetapi harga ayam kampung petelur afkir lebih mahal dari itik petelur afkir. Ayam kampung walaupun sudah afkir akan tetap dihitung kiloan ibarat harga ayam kampung pedaging lainnya.
Pakan ayam kampung akan lebih mahal bila dibandingkan dengan pakan itik, alasannya itik bisa diistilahkan “pemakan segalanya yang rakus”. Itik cenderung bisa diberi makan apapun, dalam kondisi pakan jelek sekalipun itik tetap bisa berproduksi dengan normal. Sedangkan ayam kampung petelur harus diberi pakan yang terukur selayaknya ayam ras petelur, tapi masih bisa diberi pakan ayam kampung alternatif.
Itulah perbandingan umum antara budidaya itik dengan ayam kampung. semoga bermanfaat.