Saturday, April 20, 2019

Sinkronisasi Estrus Induk Sapi Untuk Ib Yang Lebih Efisien

Sapi Pejantan Unggul
Apa Yang Dimaksud Dengan Sinkronisasi Estrus Dan Apa Arti Pentingnya Terhadap Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)?
Banyak penelitian mencatat bahwa terdapat kaitan dekat antara kesulitan deteksi estrus dan rendahnya efisiensi reproduksi pada kelompok sapi perah yg memakai inseminasi buatan (IB). Kesulitan deteksi estrus pada sapi perah umumnya sebagai akhir tanda-tanda estrus yg lemah atau kurang jelas, berupa birahi damai (sub-estrus atau silent estrus), kesannya pelaksanaan inseminasi tidak dilsayakan sempurna waktu dan berakibat kegagalan konsepsi. Sinkronisasi estrus merupakan teknik manipulasi siklus estrus untuk menjadikan tanda-tanda estrus dan ovulasi pada sekolompok binatang setips bersamaan. Teknik ini terbukti efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan inseminasi buatan, efisiensi deteksi estrus, sehingga sanggup diaplikasikan untuk memperbaiki reproduktivitas sapi.
Sinkronisasi atau induksi estrus yakni tindakan menjadikan birahi, diikuti ovulasi fertil pada sekelompok atau individu ternak dengan tujuan utama untuk menghasilkan konsepsi atau kebuntingan. Sinkronisasi estrus biasanya menjadi satu paket dengan pelaksanaan IB, baik berdasarkan pengamatan birahi maupun IB terjadwal (timed artificial insemination). Angka konsepsi atau kebuntingan yg optimum merupakan tujuan dari aplikasi sinkronisasi estrus ini.

Pada sapi perah dan sapi potong di Indonesia bahwasanya sanggup dilsayakan suatu agenda peningkatan efisiensi reproduksi, dengan tujuan untuk mendapat jarak beranak yg optimum 12 – 15 bulan saja. Untuk itu sanggup diupayakan denah perkawinan dini segera setelah beranak (early postpartum breeding program). Skema ini dilsayakan pada sapi pasca beranak lebih dari 60 hari, dipertahankan BCSnya untuk tetap optimum pasca beranak (3,0 – 3,5), diamati birahinya dengan cermat kemudian dilsayakan IB. Namun bagi sapi-sapi yg tidak memperlihatkan tanda-tanda birahi dengan baik dilsayakan sinkronisasi estrus dan IB terjadwal. Program ini  akan sanggup meningkatkan efisiensi reproduksi pada sapi perah dan potong milik peternak rakyat di Indonesia. Sinkronisasi estrus sangat feasible (layak) setips hemat untuk diaplikasikan pada sapi perah dan potong, walaupun pada ternak milik rakyat dengan administrasi yg masih tradisional.
Teknik sinkronisasi estrus pada sapi baik dengan berbasis penggunaan PGF2 maupun implan progestagen intravagina sanggup dipakai untuk perbaikan efisiensi reproduksi sapi perah dan potong pada peternakan rakyat di Indonesia. Inseminasi buatan terjadwal mengikuti sinkronisasi estrus memperlihatkan angka konsepsi yg sama dengan perlsayaan pada birahi alami. Biaya yg harus dikeluarkan oleh peternak sapi masih jauh lebih kecil dibanding dengan kerugian bila tanpa aplikasi teknik ini. Teknik ini sangat layak untuk diaplikasikan ke sapi milik rakyat, alasannya sanggup memperlihatkan peningkatan performan reproduksi dan menghindarkan kerugian lebih lanjut alasannya duduk kasus subfertilitas maupun infertilitas yg tidak perlu. Performan reproduksi yg dengan sangat faktual dihasilkan dari aplikasi ini, yakni pemendekan jarak beranak, dari beranak tiap 18 – 20 bulan menjadi 12 – 15 bulan.
Implementasi teknik sinkronisasi estrus setips luas diharapkan sanggup meningkatkan kinerja reproduksi sapi, meningkatkan produktivitas sapi, meningkatkan penghasilan peternak dan membantu agenda pemerintah dalam swasembada susu dan daging. Aplikasi teknik sinkronisasi estrus dan ovulasi, bila semua persyaratan budidaya sapi optimum, berdasarkan pengacukup laman langsung penyusun sebagai praktisi akan dimungkinkan agenda one cow one calf in one year.

Manfaat dari tindakan sinkronisasi estrus pada sapi ada beberapa, antara lain:
  • Optimalisasi dan efisiensi pelaksanaan IB. Dengan teknik ini dimungkinkan pelaksanaan IB setips massal pada suatu waktu tertentu.
  • Mengatasi duduk kasus kesulitan pengenalan birahi. Subestrus atau birahi damai yg umum terjadi pada sapi perah dan potong di Indonesia sanggup diatasi dengan teknik sinkronisasi estrus.
  • Mengatasi duduk kasus reproduksi tertentu, contohnya anestrus post partum (anestrus pasca beranak).
  • Fasilitasi agenda perkawinan dini pasca beranak (early post partum breeding) pada sapi potong dan perah. Teknik ini sanggup dipakai untuk mempercepat birahi kembali pasca beranak, pemendekkan days open (hari-hari kosong) dan pemendekkan jarak beranak.
  • Manajemen reproduksi resipien pada pelaksanaan transfer embrio sapi. Dalam agenda transfer embrio, embrio beku maupun segar (diambil dari sapi donor pada hari ke 7 setelah estrus) ditransfer ke resipien pada fase siklus estrus yg sama. Sinkronisasi estrus biasanya dipakai untuk maksud tersebut.
Persyaratan Sinkronisasi Estrus
Pelaksanaan sikronisasi estrus pada sapi membutuhkan persyaratan tertentu untuk mendapat hasil yg optimum. Persyaratan tersebut antara lain:

Sapi dalam keadaan tidak bunting. Hal ini sangat penting, alasannya jikalau hingga sapi bunting diberi perlsayaan sinkronisasi estrus, akan berakibat keluron atau abortus. Pemeriksaan kebuntingan dan alat reproduksi sebelum perlsayaan harus dilsayakan setips cermat untuk memastikan bahwa binatang tidak dalam keadaan bunting.

Hewan harus memiliki kesehatan alat reproduksi yg baik. Adanya peradangan alat reproduksi, endometritis, metritis, vaginitis, akan sangat kuat pada hasil konsepsinya. Pemeriksaan klinis alat reproduksi perlu dilsayakan sebelum dilsayakan perlsayaan sinkronisasi estrus.

Body condition score (BCS) binatang optimum, antara 3,0 – 3,5. Sinkronisasi estrus pada sapi dengan BCS  dengan BCS terlalu tinggi  4 juga beresiko rendahnya angka konsepsi.

Khusus untuk sinkronisasi estrus memakai prostaglandin F2, binatang harus memiliki korpus luteum pada salah satu ovariumnya. Pemeriksaan adanya korpus luteum angat diperlukan, mengingat PGF2 memiliki sasaran organ korpus luteum. Sapi yg terencana estrus namun belum memiliki korpus luteum maka perlsayaannya ditunda hingga terbentuk korpus luteum yg berukuran cukup besar.

Sebelum dan setelah perlsayaan sinkronisasi estrus, binatang harus diberi pakan yg memadai dalam kualitas dan kuantitasnya, dihindarkan dari stres, alasannya hal tersebut sangat kuat pada hasil respon hormonal hewan.

Persyaratan tersebut di atas sangat memilih keberhasilan sinkronisasi estrus dan ovulasi yg fertil, sehingga setelah perlsayaan IB akan terjadi ovulasi, fertilisasi dan nidasi, dan menghasilkan kebuntingan maksimum.

Teknik Sinkronisasi estrus
Banyak penelitian mencatat bahwa terdapat kaitan dekat antara kesulitan deteksi estrus dan rendahnya efisiensi reproduksi pada kelompok sapi perah yg memakai inseminasi buatan (IB). Kesulitan deteksi estrus pada sapi perah umumnya sebagai akhir tanda-tanda estrus yg lemah atau kurang jelas, berupa birahi damai (sub-estrus atau silent estrus), kesannya pelaksanaan inseminasi tidak dilsayakan sempurna waktu dan berakibat kegagalan konsepsi.

Sinkronisasi estrus merupakan teknik manipulasi siklus estrus untuk menjadikan tanda-tanda estrus dan ovulasi pada sekolompok binatang setips bersamaan. Teknik ini terbukti efektif untuk meningkatkan efisiensi penggunaan inseminasi buatan, efisiensi deteksi estrus, sehingga sanggup diaplikasikan untuk memperbaiki reproduktivitas sapi.

Penggunaan sinkronisasi estrus sekarang banyak digabungkan dengan inseminasi pada waktu terjadwal (timed artificial insemination, blind artificial insemination), sehingga tidak perlu lagi dilsayakan deteksi estrus setelah perlsayaan sinkronisasi estrus. Kombinasi sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan pada sapi termasuk peningkatan mutu genetis, efisiensi pelaksanaan inseminasi buatan, adanya kelahiran pedet yg relatif sama umurnya dan meniadakan deteksi estrus. Sinkronisasi estrus sudah banyak dikembangkan untuk mengatasi permasalah kesulitan deteksi estrus, sehingga dimungkinkan pelaksanaan IB sempurna waktu, pada waktu tertentu.

Sinkronisasi estrus sanggup dilsayakan dengan 2 metode, pertama dengan sumbangan sediaan progesteron untuk menggandakan kerjaan korpus luteum, kedua dengan prostaglandin F2 untuk melisiskan korpus luteum. Beberapa metode sinkronisasi estrus sudah dikembangkan, antara lain dengan penggunaan sediaan progesteron, prostaglandin F2, dan kombinasinya dengan gonadotrophin releasing hormone. Pemberian progesteron kuat menghambat ovulasi, prostaglandin F2 menginduksi regresi korpus luteum, sedangkan GnRH menambah sinergi proses ovulasi.

Metode pertama sinkronisasi estrus dengan sumbangan sediaan berbasis progestin. Progestin atau derivat progesteron merupakan sediaan hormon steroid kelamin dan sanggup dipakai untuk sinkronisasi estrus pada sapi. Hormon ini bekerja dengan kemampuannya menjadikan efek umpan-balik negatif ke hipotalamus, sehingga penghentian pemberiaannya akan menimbulkan pembebasan GnRH dari hipotalamus, diikuti dengan pembebasan FSH dan LH dari pituitari anterior, dan terjadilah estrus dan diikuti ovulasi. Sediaan implan progesteron yg sekarang masih banyak dipakai yakni implan progesteron intravagina controlled internal drug release (CIDR, EazibreedTM, InterAg, Hamilton, New Zealand).

Controlled internal drug release sebagai implan intravagina berisi 1,90 gram progesteron terbukti efektif untuk sinkronisasi estrus pada sapi, tanpa imbas samping yg merugikan. Status reproduksi sapi perah yg diinduksi estrus dan ovulasinya dengan implan progesteron intravagina CIDR akan lebih ditingkatkan dengan sumbangan senyawa GnRH atau PGF2. Gonadotrophin releasing hormone akan mencegah terjadinya ovulasi tertunda, anovulasi atau korpus luteum yg berumur pendek; sedangkan PGF2 akan melisiskan korpus luteum yg tersisa, sehingga akan lebih meminimumkan kadar progesteron sewaktu implan CIDR dicabut, sebagai kesannya proses estrus dan ovulasi akan menjadi lebih baik. Implan progestagen memperlihatkan fertilitas terbaik bila diinsersikan secukup usang 7 hingga 10 hari.

Pemberian progestagen lebih dari 14 hari akan menimbulkan sinkronisasi estrus, namun fertilitas yg diinduksi akan sangat menurun. Kenyataan ini ada hubungannya dengan perkembangan folikel persisten, perpanjangan usia folikel mayoritas dan ovulasi dari oosit yg terlalu tua. Keberhasilan sinkronisasi estrus membutuhkan adanya sinkronisasi perkembangan folikel, untuk menjamin adanya suatu folikel mayoritas yg sedang tumbuh pada ketika pencabutan implan progestagen dan atau ketika perlsayaan dengan PGF2.

Metode kedua sinkronisasi estrus dengan sumbangan sediaan berbasis PGF2. Prostaglandin F2 memiliki kerjaan melisiskan korpus luteum yg berakibat turunnya kadar progesteron plasma dengan tiba-tiba. Lisisnya korpus luteum diikuti dengan penurunan progesteron yg dihasilkan, kesannya terjadi pembebasan serentak GnRH dari hipotalamus, diikuti dengan pembebasan FSH dan LH dari pituitari anterior, sehingga terjadilah estrus dan ovulasi. Berbagai metode sinkronisasi estrus dengan memakai prostaglandin F2 dikembangkan dengan pesat akhir-akhir ini, diantaranya metode Ov-Synch (PGF2 dikombinasi dengan GnRH), dan modifikasinya ibarat Pre-synch, Co-Synch, Heat-Synch, sudah banyak dilaporkan.

Hasil fertilitas sinkronisasi estrus berupa angka konsepsi memang cukup tinggi, tidak berbeda dengan hasil konsepsi dari estrus alami. Keberhasilan sinkronisasi estrus pada kelompok sapi sangat tergantung dari penurunan serentak kadar progesteron dalam darah, dan perkembangan dan ovulasi dari folikel ovaria.

Prostaglandin F2 hanya efektif bila ada korpus luteum yg berkembang, antara hari 7 hingga 18 dari siklus estrus; sedangkan penurunan progestagen eksogen hanya efektif bila terjadi regresi korpus luteum setips alami atau induksi. Sinkronisasi estrus memakai PGF2 sudah memperlihatkan hasil cukup baik, namun masih banyak terjadi variasi dalam dinamika perkembangan folikel ovaria, dan menghasilkan sinkronisasi yg jelek dalam menjadikan estrus dan ovulasi. Sebagai misal, induksi luteolisis pada ketika ada suatu folikel mayoritas matang akan menjadikan estrus dalam waktu 2 hingga 3 hari, tetapi butuh waktu lebih cukup usang bila satu folikel masih harus diseleksi dari satu gelombang pertumbuhan folikel baru.

Kebanyakan penelitian sinkronisasi estrus dengan berbasis implan progesteron intravagina pada sapi hanya melaporkan kemampuan suatu biro sinkronisasi untuk menjadikan estrus dan hasil konsepsinya setelah perlsayaan inseminasi buatan, maupun berbasis prostaglandin F2. Dinamika perkembangan folikel ovulasi dan korpus luteum akhir perlsayaan sinkronisasi estrus pernah dilaporkan, namun kurang komprehensif.

Teknik sinkronisasi estrus pada sapi baik dengan berbasis penggunaan PGF2 maupun implan progestagen intravagina sanggup dipakai untuk perbaikan efisiensi reproduksi sapi perah dan potong pada peternakan rakyat di Indonesia. Inseminasi buatan terjadwal mengikuti sinkronisasi estrus memperlihatkan angka konsepsi yg sama dengan perlsayaan pada birahi alami. Biaya yg harus dikeluarkan oleh peternak sapi masih jauh lebih kecil dibanding dengan kerugian bila tanpa aplikasi teknik ini. Teknik ini sangat layak untuk diaplikasikan ke sapi milik rakyat, alasannya sanggup memperlihatkan peningkatan performan reproduksi dan menghindarkan kerugian lebih lanjut alasannya duduk kasus subfertilitas maupun infertilitas yg tidak perlu. Performan reproduksi yg dengan sangat faktual dihasilkan dari aplikasi ini, yakni pemendekan jarak beranak, dari beranak tiap 18 – 20 bulan menjadi 12 – 15 bulan.

Referensi
Bartolome, J. A., Silvestre, F. T., Artechte, A. C. M., Kamimura, S., Archbald, L. F. and Thatcher, W. W. 2002. The use of Ovsynch and Heatsynch for re-synchronization of cows open at pregnancy diagnosis by ultrasonography. J. Dairy Sci. 81: 390-342.
Bo, G. A., Cutaia, L., Chesta, P., and Moreno, D. 2004. The use of ECG to increase pregnancy rates in postpartum beef cows following treatment with progesterone vaginal devices and estradiol benzoate and fixed time AI. Reprod. Fertil. Develop. 16 (2): 127.
Cartmill, J. A., El-Zarkouny, S. Z., Hensley, B. A., Lamb, G. C. and Stevenson, J. S. 2001. Stage of cycle, incidence and timing of ovulation and pregnancy rate in dairy cattle after three timed breeding protocols. J. Dairy Sci. 84: 1051-1059.
Cavalieri, J., Coleman, C., Rodrigues, H., Macmillan, K. L. and Fitzpatrick, L. A. 2002. The effect of timing of administration of oestradiol benzoate on characteristics of oestrus, timing of ovulation and fertility of Bos indicus heifers synchronized with a progesterone releasing intravaginal insert. Austral. Vet. J. 80: 217-223.
Cavalieri, J., Hepworth, G., Smart, V. M., Ryan, M. and Macmillan, K. L. 2007. Reproductive performance of lactating dairy cows and heifers synchronized for a second insemination with an intravaginal progesterone-releasing device for 7 or 8 d with estradiol benzoate injected at the time of device insertion and 24 h after removal. Theriogenology 67: 824-834.
Chebel, R. C., Santos, J. E. P., Rutigliano, H. M. and Cerri, R. L. A. 2007. Efficacy of an injection of dinoprost tromethamine when given subcutaneously on luteal regression in lactating Holstein cows. Theriogenology 67: 590-597.
Colazo, M. G., Small, J. A., Ward, D. R., Erickson, N. E., Kastelic, J. P. and Mapletoft, R. J. 2004. The Effect of presynchronization on pregnancy rate to fixed-time AI in beef heifers subjected to a Cosynch protocol. Reprod. Fertil. Develop. 16 (2): 128-130.
Sumber: https://dokterhewanku.wordpress.com

Sinkronisasi Estrus Induk Sapi Untuk Ib Yang Lebih Efisien Rating: 4.5 Diposkan Oleh: abp29